Berbagi Bahagia dengan Es Krim Puter Jadul
Sambil berjalan santai menuju rumah selepas shalat dzuhur di masjid deket rumah, berpapasan dengan pedagang es krim cingcau atau dung-dung atau es puter. Ga jelas saya melihatnya. Si pedagang, seorang pria sedang memperhatikan saya secara tidak langsung. Seolah tahu bahwa saya tertarik dan akan membelinya.
Langkah kupacu menjadi lebih cepat menuju rumah karena dorongan hati untuk bisa berbagi sekaligus jajan es krim tersebut. Tepat di depan rumah gerobak es krim melintas, saya pun langsung saja memanggil pedagangnya.
Sehubungan tadi tidak terlalu jelas memperhatikan maka saya pun kepo.
"Bang, jualan apa nih ?, tanya saya penasaran. Langkah penuh pasti menuju gerobak tak ditunda.
"Es krim dung-dung, atau es puter jadul, Pak", jawabnya sambil melempar senyum renyah ciri khas pedagang sedikit merayu lah.
"Oh....ini dia", seru saya tak kalah senang memandang es krim puter. Saya pun langsung memesan tiga mangkuk.
Sambil menunggu pesanan selesai. Otak dan pikiran ini pun melayang jauh kembali ke kota kelahiran saya. Serasa dibawa ke masa anak-anak yang penuh kenangan indah. Melamun lah saya dalam sekian waktu. Teringat bagaimana es krim puter dibuat.
Bahan es krim dari santan kelapa, gula dan perasa disimpan dalam tong kecil. Tong kecil disimpan ditengah wadah yang sekelilingnya cacahan es bercampur garam krosok, diputer-puter, terus diputer sampai akhirnya es krim pun memadat. Jangan kaget mengapa disebut es krim puter, karena cara pembuatannya di puter-puter.
Kebetulan tetangga ada yang berusaha membuat es krim puter. Belasan pemuda di waktu yang bersamaan membuat es krim puter. Untuk menghindari kejenuhan atau menghilangkan rasa lelah maka mereka pun berpolah jenaka dengan gerakan kepala mengikuti irama lagu dangdut. Tak jarang pula suara saling menyemangati antara teman dengan ledekan khas mereka, sehingga suasana menjadi riang dan bersemangat.