Lihat ke Halaman Asli

Abas Basari

Guru Biologi SMA Al Masoem

Lomba Makan Kerupuk: Nasihat Pahlawan kepada Anak Negeri

Diperbarui: 21 Agustus 2022   15:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dreamstime.com

Lomba makan kerupuk dalam ajang perayaan 17-an di setiap pelosok di Indonesia selalu ada. Tak akan terpisahkan dari jiwa raga anak negeri ini. Seperti makanan rujak serut dengan pisang batu. Pisang batu berasa sepet jika dimakan tunggal tapi dalam makanan rujak serut menjadi penambah rasa. Rasa sedap mengundang selera untuk menyantap.

Kerupuk diikat dengan tali kain. Digantung dengan tinggi menyesuaikan. Posisi sejajar supaya memudahkan panitia mengontrol tindakan peserta. Mereka yang punya tinggi badan kurang lebih sama akan bertanding. Terjadi perbedaan antara peserta laki-laki dengan perempuan. 

Aturan main pun tak lupa dibacakan. Satu diantaranya adalah harus menjunjung tinggi kejujuran dan harus sampai selesai. Seluruh peserta lomba makan kerupuk sudah siap, lomba pun dimulai. Ya lomba makan kerupuk.

Penonton yang teman sendiri, disemangati secara spontan. Tepuk tangan seolah ajakan untuk tetap semangat menyelesaikan pekerjaan. Riuh rendah suara penonton sepanjang acara lomba makan kerupuk tiada henti. Sang pemenang yang telah berhasil menghabiskan kerupuk dan tercepat dinobatkan menjadi pemenangnya. Keriaan terlihat dari ekspresi wajah peserta maupun penonton.

Pemenang dipanggil ke depan untuk menerima hadiah dari panitia. Hadiah pun sangat sederhana. Kalau pun beli di warung, harganya amat terjangkau.

Apa sih makna lomba makan kerupuk diadakan dalam perayaan 17-an ?

Sebelum menjawab pertanyaan secara langsung, kita simak dulu arti kemerdekaan bangsa Indonesia. Dunia mencatat bahwa penjajahan sangat tidak sesuai dengan kodrat manusia. Negara mana pun di bumi ini menolak penjajahan dalam bentuk apa pun.

Tak kecuali, bangsa Indonesia berusaha menolak penjajahan yang dilakukan oleh VOC, sebuah penindasan  berkedok niaga. Perlawanan tidak hanya doa-doa saja melainkan dengan menggunakan senjata tajam. Entah golok, pedang, tombak atau bambu runcing. Perlawanan dengan senjata serupa itu mah hasil mencuri dari mereka. Secara gentle, dilawan dengan ilmu yang tinggi. 

Maka mereka para ilmuwan anak negeri kompak mengadakan perlawanan.Namun sang waktu masih tetap berputar. Itungan waktu tahun berganti abad, VOC masih bercokol bahkan bertambah menindas.

Di waktu yang dirasa tepat, tanggal 17 Ramadhan  bertepatan dengan 17 Agustus 1945 dikumandangkan proklamasi bangsa Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline