Lihat ke Halaman Asli

Waspada! Luka Batin sedang Menggerogoti Masa Depanmu!

Diperbarui: 18 Februari 2016   13:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap manusia mau diterima dan diakui keberadaannya, bila penerimaan tidak didapatkan maka perasaan tertolak menjadi luka batin dalam dirinya. Contoh: seorang bayi yang dibuang oleh ibunya sejak lahir, seseorang yang ditolak dengan kasar oleh wanita/pria yang disukai, dan lainnya. Mengapa menjadi luka batin? Ternyata perasaan diterima merupakan kebutuhan kita sebagai manusia.

Menurut psikolog Abraham maslow, ada 5 tahap kebutuhan manusia. 

Tahap 1. Kebutuhan fisik

Tahap 2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan

Tahap 3. Kebutuhan kasih sayang (dicintai, dimiliki dan persahabatan)

Tahap 4. Kebutuhan penghargaan (diakui, dihargai)

Tahap 5. Kebutuhan aktuliasasi diri (menjadi apa yang diinginkan)

Dengan melihat tahapan tersebut, tentu akan banyak luka batin dalam diri kita. Ketika kita tidak dicintai, tidak dihargai, tidak merasa aman, tidak menjadi diri sendiri, tidak diberi makan, dll.

Kali ini saya ingin mengeksplor pengalaman luka batin karena tertolak. Namanya ditolak, pasti tidak diterima. Padahal kita adalah manusia yang punya kelebihan dan kekurangan yang membutuhkan peneriman serta dukungan dari orang lain agar dapat menjadi manusia yang lebih baik. Namun dalam kehidupan nyata, ada banyak orang-orang yang tidak sadar sedang menolak seseorang dan membuatnya terluka.

Saya adalah anak yang lahir ditengah keadaan yang tidak pas karena kelahiranku menghadirkan kematian seseorang yang sudah melekat dengan orang terkasihnya. Orang-orang belum dapat menerima kematiannya dan menolak kehadiran diri ini... Ini menjadi titik awal perasaan tertolak yang terbawa dan terhubung dengan hidup yang keras ini!!

Saya mengalami kesulitan bersosialisai ketika sekolah dasar, saya paling takut dengan yang namanya "kelompok/ geng" yang kadang membuat bingung, "saya diterima atau tidak ya". 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline