Lihat ke Halaman Asli

Puti Guntur Soekarno dan Genealogi Politik Indonesia

Diperbarui: 12 Januari 2018   15:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puti Guntur Soekarnoputri (KOMPAS.com/Achmad Faizal)

Satu lagi, trah Soekarno muncul di pentas politik indonesia. Sosok, generasi ketiga dari genealogi sang Proklamator. Setelah era "Si Bung Besar" berakhir, kita kemudian mengenal kiprah anak-anaknya dalam pentas politik indonesia dari Megawati, Sukmawati sampai Rahmawati.

Putri-putri Presiden pertama itu, sedikit banyak telah memberikan warna bagi panggung politik negeri ini. Berbeda dengan putra-putra Soekarno, Guntur, Guruh dan Bayu, tampaknya putri- putri Soekarno lebih mewarisi darah dan bakat politik ayah mereka.

Kini, tampaknya sejarah politik generasi kedua Soekarno akan berulang pada generasi ketiga. Setelah Puan Maharani, publik negeri ini, mulai diperkenalkan dengan cucu Soekarno yang lain, yakni Puti Guntur. Cucu pertama, putra sang fajar dari putranya Guntur Soekarno.

Berbeda dengan Puan, selama ini Puti Guntur tidak sepopuler putri Megawati tersebut. Kecuali, mungkin bagi para pemilihnya dari Jawa Barat. Sejumlah catatan, menerangkan Puti merupakan anggota DPRRI dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dapil X Jawa Barat sejak tahun 2009-2014, lalu terpilih kembali untuk priode 2014-2019.

Sosok Puti, memang selama ini tidak banyak terekspos media secara luas. Namun, semenjak beberapa hari terakhir, setelah nama Puti Guntur diputuskan sebagai calon Wakil Gubernur Jawa Timur, berpasangan dengan Saifullah Yusuf. Nama Puti Guntur, mendadak menjadi perbincangan media dan publik.

Banyak yang bertanya, siapa sosok Puti Guntur Soekarno ? Mengapa akhirnya PDIP, menurunkan keponakan ketua umumnya tersebut, di arena pemilihan gubernur jawa timur. Sebuah panggung politik yang hampir pasti akan berlangsung panas dengan jumlah pemilih mencapai 29.765.243.

Puti, exit scenario yang manis.
Saya melihat dari layar Televisi, ketika Sekertaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menangis, lalu dengan emosi yang meledak dan suara bergetar menyampaikan ke awak media, "kami semua menangis, ibu ketua umum menangis, para Kiai menangis atas mundurnya Azwar Anas dari pilgub jatim sebagai pendamping Gus Ipul".

Membaca tangis Hasto, sebelum akhirnya keputusan menurunkan keponakan ketua umum PDIP yang juga mantan presiden kelima, membuat saya yakin bahwa PDIP sebenarnya punya harapan besar untuk memenangkan Pilgub Jawa Timur.

Karena, walau bagaimana pun Djawa tetaplah koentji! Selain Jawa Barat, maka Jawa Timur dan Jawa Tengah, merupakan daerah yang menjadi representasi lumbung suara politik nasional. Menang di Jawa, berarti memenangkan setengah dari kontestasi poltik nasional jelang pemilu tahun 2019.

PDIP serta partai-partai lain, punya kepentingan besar di Jawa Timur. Karena itu, tidak ada alasan harus memasang kader sendiri pada tiga daerah tersebut atau mengusung kandidat yang memiliki peluang terbesar untuk memenangkan pilkada.

Mereka yang ditunjuk menjadi kepala daerah adalah mereka yang harus siap, menjadi petugas partai. Mampu menjaga kepentingan politik jangka panjang untuk memenangkan partai, baik pemilu legislatif sampai pemilihan presiden tahun 2019 nanti.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline