Lihat ke Halaman Asli

Abanggeutanyo

TERVERIFIKASI

“Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Mengupas Logika Surat Wasiat Lukman-Zakiah dan Pelaku Bunuh Diri

Diperbarui: 7 April 2021   02:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi bunuh diri. Gambar: NewYorker.com. Ditambah dan edit oleh Penulis

Surat Wasiat sesungguhnya adalah pernyataan sah yang menulisnya selaku pewasiat mencalonkan beberapa orang untuk mengurusi hartanya (ahli waris) apabila pewasiat meninggal dunia.

Dari mana asal muasal seseorang pelaku bunuh diri meninggalkan secarik kertas dan kemudian kertas itu disebut "Surat Wasiat" oleh masyarakat?

Tak tahulah dari mana, penulis pun ikut-ikutan menuliskan frase "Surat Wasiat" pada artikel ini, padahal mungkin sepantasnya adalah "Surat Terakhir."

Metode bunuh diri pun banyak ragamnya dari minum cairan beracun, loncat ke sungai, lompat dari bangunan, bakar diri, gantung diri, tembak, tusuk, penyerangan bersenjata (fighter) atau menjadi bomber karena berbagai motif.

Motif bunuh diri banyak latar belakangnya, keyakinan halusinasi, ada bermotif keluarga, percintaan, kurang perhatian, masalah ekonomi, putus harapan dan ada juga terkait dengan masalah politik dan agama dan perang atau kombinasi hampir seluruh sebab di atas.

Pada Juli 2018, 11 anggota keluarga di India (usia 15 sampai 77 tahun) bunuh diri massal dengan cara gantung diri bermotif halusinasi. Di rumah mereka Polisi menemukan surat, alasan bunuh diri massal itu dilakukan guna mencapai keselamatan di mata Tuhan.

Pada 28 Juni 2019, Apryanto ditemukan (ayahnya sedang berkunjung) tewas gantung diri rumah kosnya di Manado. Disakunya terdapat secarik kertas berbunyi permintaan maaf bunuh diri karena tidak ingin lagi jadi beban keluarga pada  usia 24 tahun karena tidak beres kuliah sejak 2018.

Cevin Carter adalah seorang wartawan foto peraih penghargaan Pulitzer atas karya foto legendarisnya tentang kelaparan di Afrika. Pada 1994 Carter menjepret seorang bocah kurus kering di sebuah desa di Sudan tak berpakaian berlatar belakang burung Nazar menanti ajal bocah itu tiba. 

Dua bulan setelah menerima penghargaan dan aneka hadiah Carter terpapar karbon-monoksida. Di jok mobilnya yang diparkir di sebuah tepi sungai ditemukan secarik kertas berisi penyesalan mendalamnya atas prestasi dibalik penderitaan bocah yang dijepret olehnya. "Aku benar-benar minta maaf. Kepedihan hidup menimpa kegembiraan sampai-sampai kegembiraan itu tidak ada," tulisnya.

Foto karya Carter yang legendaris itu. Carter bunuh diri 2 bulan setelah foto ini memenangkan Pulitzer. Gambar: The New York Time.

Di tempat lain di kota Pontianak, pada 28 Juni 2018, Joko Putra yang tak tahan lagi menahan sakit dan kasihan melihat ibunya bertambah banyak hutang membiayai obatnya mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Di dekatnya ditemukan secarik kertas, ia lakukan ini karena sayang pada mamak, tak kuasa melihat hutang semakin bertambah. "Masih ada si kembar yang jadi harapan mamak nanti. Joko sayang mamak," tulisnya.

Surat Terakhir Lukman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline