Lihat ke Halaman Asli

Abanggeutanyo

TERVERIFIKASI

“Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Jenuh pada Oportunisme Donald Trump, Selamat Datang "Presiden" Joe Biden

Diperbarui: 7 November 2020   11:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar : straitstimes.com. Diedit oleh penulis

Sudah dapat dipastikan Donald Trump terancam meninggalakan Gedung Putih dengan cara yang amat memalukan, kalah telak dan sebaliknya menang terbesar untuk Joe Biden. Pencapaian Biden ini mencatat rekor perolehan suara terbanyak untuk calon Presiden AS setelah Obama meraihnya pada pemilu 2008 lalu.

Hal ini terjadi saat perolehan suara Joe Biden (hingga saat artikel ini dibuat) mencapai 284 suara elektoral setelah Arizona melengkapi tambahan suara untuk Biden sebanyak 11 suara, menurut informasi Associate Press. 

Tapi menurut perhitungan Decision Desk HQ Biden memperoleh 273 suara electoral sementara Trump hanya 214 suara.

Seberapapun perolehan Biden faktanya Biden telah melampaui angka "keramat" minimal 270 votes. Dengan perolehan ini dipastikan (99%) lolos ke Gedung Putih terutama setelah pemilihan di tingkat electoral collage selesai dilaksanakan.

Arizona, Georgia dan Nevada adalah saksi pertarungan paling sengit antara Biden dan Trump karena pada tiga negara bagian ini selisih perolehan suara keduanya sangat tipis tidak signifikan.

Meskipun masih ada kesempatan Trump pada pemilhan di tingkat Epectoral Collage (Lembaga Pemilih) tetapi secara teoritis Trump segera berkemas dari sekarang karena rakyat AS tampaknya sudah bosan menunggu hasil keputusan di tingkat electoral collage.

Kejenuhan rakyat AS juga tertuju pada cara, gaya dan aksi Donald Trump dinilai sangat kontroversial dalam sejarah modern AS. Ada yang menyebutnya fasis dan ada juga menyebutnya oportunis termasuk Biden pernah menyebut Trump hal ini saat menjabat wapres.

Kejenuhan pada Trump juga membuncah pasca kicauanya bertubi-tubi via Twitternya tentang tuduhan tak mendasar dan tanpa bukti tentang kecurangan dalam perhitungan suara di sejumlah negara bagian.

Ancamana Trump sangat kasar dalam sebuah acara tayangan langsung kemarahannya terjadi kecurangan dan akan menggugat ke Mahkamah Agung membuat beberapa stasiun televisi menghentikan siaran langsung tersebut sebelum saatnya berakhir.

Trump menempatkan keluarganya pada beberapa posisi strategis di Gedung Putih juga membuat rakyat AS jenuh dan mencibir. Mereka menanti saat yang tepat untuk menghentikannya, dan itu terjadi pada pemihan umum "Electoral Vote" yang baru saja diketahui hasilnya beberapa jam lalu.

Beberapa kebijakan Trump terasa memalukan membuat rakyat  AS membutuhkan figur yang mampu mengembalikan utopia keagungan AS, pulihkan kembali jiwa AS atau "Restore the soul of America."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline