Lihat ke Halaman Asli

Abanggeutanyo

TERVERIFIKASI

“Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Mengapa Iran Seperti Pasrah Diganyang Israel di Suriah?

Diperbarui: 5 September 2020   12:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Iranian President Hassan Rouhani waves to the crowd in a public gathering, Nov. 10, 2019. Iran is behind the latest round of violence with Israel, an Islamic Jihad leader reveals. (AP/Office of the Iranian Presidency)

Sejak pecah pemberontakan terhadap pemerintah Suriah pimpinan Bashar al-Assad pada 11 Maret 2011 lalu Iran baru beraksi langsung dua bulan kemudian yakni pada Mei 2011. Ketika itu Iran mulai mengirimkan pasukan pengawal revolusi (IRGC) memperkuat posisi Assad menghadapi pengunjuk rasa yang kemudian menjadi pemberontak.

Intelijen Iran memperoleh bukti kuat AS dan Israel dibalik usaha menggeulingkan pemerintahan Assad saat itu. Sementara itu mantan Menlu legendaris Ali Akbar Velayati (1981-1997) menilai kebijakan Iran terjun ke Suriah ketika itu karena tidak siap "melepas" Suriah ke Israel. 

Pada akhir Juni 2011, Mohsen Chizari salah satu komandan Brigade milisi al-Quds bentukan IRGC mulai terlihat di beberapa lokasi di Suriah memberi arahan dan semangat pada pasukan dan milisi Iran menghadapi pengunjuk rasa yang dikendalikan pemberontak. 

Pada Agustus 2011 sejumlah penembak jitu Iran mulai ditempatkan di lokasi dan posisi strategis. Dan setelah itu rankaian bantuan Iran dalam segala bidang masuk ke Suriah secara massif termasuk aneka rudal dan misil buatan Iran.

Sebelum akhir masa jabatan, Presiden Ahmadinejad mengatakan pada awal Januari 2013 Iran membentuk aliansi dengan Suriah guna memerangi konspirasi Israel dan AS melawan dunia Islam.

Beberapa hari sebelum 31 Januari 2013, intelijen Israel menemukan bukti akan adanya pengiriman senjata dari perbatasan Suriah (Rif Damshik) ke Lebanon melalui kota kecil  Tfail. Penyelundupan senjata itu justru keluar Suriah yakni belasan misil darat ke udara SA-17 dan Scud-D untuk memperkuat Hizbollah di Lebanon.

Pada 31 Januari 2013 sebelum konvoi Iran dan Suriah masuk ke wilayah Lebanon rombongan itu diserang oleh angkatan udara Israel (IAF) hingga menghancurkan seluruh logistik dan menewaskan berapa pengawal konvoi tersebut.

Sejak saat itu tercatat sebagai serangan pertama Israel ke Suriah setelah terkhir terjadi pada 6 September 2007 dalam sebuah operasi Orchard terhadap sebuah liokasi yang dituduh sebagai fasilitas nuklir dan sejnata kimia Suriah dekat Deir ez-Zour yang menewaskan 11 ilmuan Korea Utara yang sedang merakit fasilitas tersebut.

Pada 2013 saja terjadi 6 kali serangan Israel terhadap pasukan Suriah dan Lebanon dekat perbatasan dengan Suriah. Setelah itu serangan Israel menjadi-jadi seakan tak terbalaskan oleh Suriah dan Iran bahkan Lebanon. 

Menurut catatan sejak 2013 hingga 2020 total serangan Israel terhadap Suriah dan Iran di Suriah telah terjadi lebih dua ratus kali. 

Serangan terakhir terjadi pada 2 September 2020 lalu pada 2 lokasi terpisah menewaskan 11 orang termasuk 6 pasukan Iran. Lokasi pertama terjadi dekat bandara Damaskus yang diduga tempat penyimpanan atau logistik misil anti aircraft dan lokasi ke dua adalah menara kontrol dan landasan pacu serta gudang di pangkalan militer T-4 atau Tyas Airbase di Palmyra.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline