Lihat ke Halaman Asli

Abanggeutanyo

TERVERIFIKASI

“Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Lebanon Bisa Masuk "Jurang" Kembali Jika Warganya Tidak Cerdas Sikapi Provokasi Anti Pemerintah

Diperbarui: 10 Agustus 2020   11:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar ililustrasi perang saudara Lebanon. Gambar kiri blogbaladi.com. Gambar kanan bbc.co.uk. Digabung dan edit oleh penulis

Di saat orang-orang seluruh dunia berbelasungkawa pada ratusan korban jiwa dan kerugian harta benda warga Lebanon khususnya kota pelabuhan Beirut akibat ledakan bahan kimia amonium nitrat pada 4 Agustus 2020 lalu, kini kota Beirut dilanda huru-hara terbaru demonstrasi represif anti pemerintah, membuat kekhawatiran Lebonon masuk kancah perang saudara kembali.

Demo anti pemerintah Lebanon sesungguhnya bukan sesuatu yang baru karena telah terjadi berulang kali, sama halnya terjadi di berbagai negara dunia. Akan tetapi demo kini menjadi hangat karena terjadi setelah pemerintah diangap lalai menjaga keamanan warganya hingga menimbulkan bencana kemanusiaan akibat ledakan di pelabuhan Beirut beberapa hari lalu. 

Penyebab demo selama ini karena pemerintah dituding korup, terjadi resesi ekonomi, pengangguran, dominasi kekuasaan berdasarkan agama dan etnis dan identitas. Selain itu juga karena pemerintah dituduh menerapkan strategi berhutang untuk menutupi defisit anggaran.

Sehari sebelum terjadi ledakan, Menteri Luar Negeri Lebanon mengundurkan diri dari jabatannya. Aroma perbedaan pendapat antara Nassif Hitti dengan Perdana Menteri (PM) Hassan Diab dalam beberapa hal telah lama terjadi sejak keduanya baru menjabat pada pos masing-masing sejak 21 Januari 2020 lalu.

Meskipun Diab menunjuk Charbel Wehbe (penasihat diplomatik) Presiden Michael Aoun mengganti Hitti tetapi pengunduran dirinya sangat disesali oleh Gebran Bassil, pimpinan partai Gerakan Patriotik Bebas (FPM) yang didirikan oleh Presiden Lebanon Michael Aoun karena beraroma persaingan politik.

Pengganti Nassif Hitti dari orang-orang dekat Aoun membuktikan betapa kentalnya aroma nepotisme dalam bagi-bagi jabatan. Ini juga salah satu alasan terjadinya demo terhadap pemerintah Lebanon sebelum yang terbaru kali ini sejak Agustus 2020.

Demonstrasi pada 4 Agustus 2020 terjadi pada siang hari atau beberapa jam sebelum ledakan. Kala itu ratusan orang menduduki kementerian energi di kota Beirut mnyusul pemadaman listrik bebrapa hari sehingga beberapa kawasan mengalami pemadaman beberapa hari terakhir.

Para pengunjuk rasa bersumpah tidak akan meninggalkan kantor kementerian energi, akan tetapi pasukan keamanan dan polisi menghalau para demosntran dengan sangat tegas sehingga para pendemo berhasil keluar dari arena kantor kementerian energi dengan rasa kecewa.

Pada 6 Agustus 2020, seolah memanfaatkan kelemahan pemerintah melalui ledakan Beirut, para pedemo berkumpul di depan gedung parlemen menuntut pembubaran pemerintahan Lebanon.

Pada 8 Agustus 2020, demo semakin beringas. Ribuan orang menyerang kantor Kementerian Luar Negeri untuk mengeruduk Menlu Charbel Wehbe yang baru dilantik. Polisi bertindak tegas dan keras. Seorang diantara Polisi tewas juga termasuk satu dari pendemo juga tewas.

Kini demonstrasi Lebanon menambah isu baru yakni "pemerintah lalai" menjaga keamanan warga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline