Lihat ke Halaman Asli

Abanggeutanyo

TERVERIFIKASI

“Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Ada Masalah Besar di Balik Kesenjangan Belajar Online

Diperbarui: 30 Juli 2020   01:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar ilustrasi Belajaronline. Sumber gambar : Dari kiri ke kanan Tirto.id dan kitakini.news. Digabung oleh Penulis

Belajar Jarak Jauh atau Belajar Online atau Belajar Daring atau apapun namanya sejenis dengan itu, suka tidak suka kini sejumlah siswa dihadapi dengan kenyataan tersebut.

Pada tingkatan mahasiswa secara teknis hal ini tidak terlalu sulit mengingat pada umumnya mahasiswa sudah terbiasa belajar mandiri, menerima tugas dan mengirim tugasnya melalui jaringan internet dalam aplikasi yang telah disediakan dosen-dosen mereka.

Tetapi bagi pelajar dan siswa terutama sederajat dengan Sekolah Dasar (SD) dan SMP metode belajar online saat ini benar-benar bikin siswa dan orang tua kelabakan secara teknis, terutama pada siswa dan orang tua yang selama ini kurang perduli dengan cara dan materi belajar anak-anak mereka.

Selain disebabkan faktor penguasaan fungsi dalam aplikasi belajar online orang tua juga terkendala dengan materi belajar anaknya terkait pertanayaan dalam soal dan bagaimana cara memecahkan atau menjawab pertanyaan tersebut agar benar (dalam penguasaan materi maupun dalam mendapatkan nilai).

Kendala lainnya adalah masalah kemampuan telepon smart phone (telepon pintar) siswa. Jangankan berkemampuan mengolah informasi untuk dibaca pun kadang sulit akibat kaca layar yang pecah atau buram.

Setelah materi dan soal dikerjakan giliran dipotret (foto) untuk diunggah dan dikirim ke gurunya timbul masalah baru, resolusi tidak bagus sehingga gurunya tidak bisa baca jawaban siswanya. Masalah lain, HP tidak mampu mengunggah gambar karena berbagai sebab sehingga siswa tak bisa mengirimkan jawaban.

Masalah lain, aplikasi membingungkan. Mungkin karena baru sehingga belum familier. Beberapa siswa kesulitan mengisi absensi (daftar hadir) karena terlalu banyak menu-menu perintahnya sehingga siswa membiarkan daftar hadir (absensi) walaupun tetap mengerjakan soal yang dikirimkan guru.

Peristiwa itu belum komplit sebab ternyata sempat saya lihat(intip) sendiri pada laptop anak saya di sebuah SMK ketika mereka sedang kelas online dengan guru mata pelajaran dan sejumlah siswa ada beberapa temannya meletakkan HP mengarah pada dirinya berlatar belakang dapur dan tempat tidur. Ada juga yang sambil makan siang seolah kelas online itu mungkin dianggap WA grup dengan teman-temannya.

Masalah lainnya, guru mata pelajaran tidak sanggup memelototi unggahan jawaban seluurh siswanya satu per satu dengan seksama apalagi dengan tampilan sangat buram. 

Forum komunikasi pun kadang tidak dijawab guru dengan cepat karena guru kehabisan stamina, kurang tidur, sedang ada pekerjaan lainnya dan mungkin saja paket data sedang habis.

Hal yang sama jika menggunakan komputer atau laptop, belum semua siswa mampu memiliki laptop atau kompute (PC) yang memenuhi standard dalam pengertian mampu merespon dengan cepat aplikasi yang mereka gunakan dalam belajar dan membuka jendela informasi pada sejumlah tabs secara bersamaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline