Lihat ke Halaman Asli

Abanggeutanyo

TERVERIFIKASI

“Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Bidang Usaha Tak Tergoyahkan Jika Resesi Ekonomi Melanda Indonesia

Diperbarui: 17 Juli 2020   15:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar ilustrasi. Sumber: moneycrashers.com

Chan Shu Sing, Menteri Perdagangan dan Perindustrian Singapura (Singapore) pada 14 Juli 2020 lalu telah mengumumkan resesi Ekonomi melanda negara singa tersebut setelah mengalami pertumbuhan minus GDP pada kuartal (-12%) atau -41% dibandingkan kuartal sama tahun lalu. Sumber: ini.

Apakah itu juga terjadi untuk Indonesia? Kelihatan sangat ajaib untuk lolos dari resesi, kita berharap jangan sampai terjadi. Tetapi jika itu terjadi bagaimana agar tidak merusak perekonomian secara massal?

Resesi ekonomi telah menghantui negara manapun di dunia ini termasuk Indonesia terutama sejak Maret 2020 lalu saat pandemi Covid-19 baru mulai memperlihatkan keangkerannya melumpuhkan beberapa sendi aktifitas dan perekonomian masyarakat.

Berkali-kali Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati (SMI) mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang mendebarkan tentang potensi resesi ekonomi bakal melanda Indoneisa meskipun dibalik itu berusaha memberi isyarat agar masyarakat mempersiapkan diri secara fisik dan mental agar tidak terjadi kepanikan mendalam jika hal itu harus terjadi.

Salah satu pernyataan SMI terkait potensi resesi ekonomi bakal melanda dunia (resesi Global) juga berimplikasi pada Indonesia pertama sekali tercetus pada 3 Maret 2020. 

"Memburuknya perekonomian global akan mempengaruhi perekonomian Indonesia," ujar SMI pada saat itu yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam pandemi corona (istilah virus corona saat itu).

Lebih terperinci lagi, SMI menyampaikan potensi krisis ekonomi bakal menghantui Indonesia setelah melihat kenyataan pertumbuhan ekonomi triwulan 1 (kuartal 1) hanya mencapai 2,97%, jauh melenceng dari ekspektasi versi Bank Indonesia 4,4%. Pencapaian tersebut justru mengalami kontraksi sebesar 2,4% dibanding pencapaian kuartal 4/2019.

Menanggapi pencapaian tri wulan 1/2020 pada April 2020 lalu SMI mengatakan jika kondisi seperti itu terjadi lebih berat dan panjang maka akan ada kemungkinan (terjadi) resesi dimana dua kwartal berturut-turut hasil PDB-nya negatif. 

Terkini 15 Juli 2020, SMI kembali mengumumkan pertumbuhan ekonomi minus pada kuartal 2 (-4,3%) dimana kondisi ini jauh melenceng dari proyeksi (-3,8%) yang diperkirakan SMI sebelumnya. 

Fakta telah menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 2 kuartal berturut-turut pertumbuhannya minus signifikan. Meskipun pertumbuhan minusnya tidak sedalam negeri "singa" Singapore tetapi secara teoritis Indonesia juga sudah diambang resesi ekonomi.

Secara teoritis, resesi ekonomi berarti sebuah kondisi di mana produk domestik bruto (GDP) mengalami penurunan atau pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal secara berturut-turut atau lebih dari satu tahun.

Kompas.com edisi 29 Juni 2020 menulis gejala-gejala resesi ekonomi adalah: ketika ekonomi suatu negara mengalami produk domestik bruto (PDB) negatif, meningkatnya tingkat pengangguran, penurunan penjualan ritel, dan kontraksi ukuran pendapatan dan manufaktur dalam periode waktu yang Panjang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline