Lihat ke Halaman Asli

Abanggeutanyo

TERVERIFIKASI

“Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Mengapa Kita Perlu Berdamai dengan Corona?

Diperbarui: 13 Mei 2020   13:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KINKARKINPHOTO / SHUTTERSTOCK / PAUL SPELLA / THE ATLANTIC

Hingga saat tulisan ini dibuat, 20 negara telah bebas dan melonggarkan lockdown, yaitu: Afrika Selatan, Austria, Amerika Serikat (AS), Australia, China, Ceko, Denmark, India,  Italia, Inggris, Jerman, Malaysia, Mesir, Nigeria, Norwegia, Perancis, Spanyol, Selandia Baru, Swiss dan Vietnam. 

Mengacu pada 20 negara di atas telah mengalami berbagai situasi terkait corona virus antara lain mengalami jumlah angka kematian yang tinggi dan memiliki jumlah penduduk banyak dengan sejumlah dampak sosial dan lain-lain.

Sejumlah negara di sebutkan di atas akhirnya "berdamai" dengan virus corona. Belum jelas negara apa lagi tetapi tampaknya banyak negara lain juga akan menyusul.

Kata "berdamai" sengaja diberikan tanda kutip untuk mempertegas maksudnya yaitu BUKAN menganggap enteng pada virus corona tetapi membuka diri beraktifitas kembali secara normal dalam berbagai aktifitas namun tetap mempraktekkan budaya jaga kebersihan diri dan lingkungan dengan lebih ketat dan serius.

Benar juga lockdown, PSBB atau apapun namanya sudah saatnya diakhiri tetapi tetap mempraktekkan budaya jaga kebersihan diri dan lingkungan di mana pun kita berada karena China sebagai episentrum merebaknya wabah corona pada Desember 2019 lalu saja telah melepas isolasi wilayah atau negara tirai bambu tersebut pada akhir April lalu.

Dari sana kita melihat perlahan tapi pasti orang-orang mulai menata kehidupan mereka kembali dalam berbagai aktifitas khususnya aktifitas ekonomi. Di sisi lain literasi menjaga kesehatan dan pencegahan terhadap serangan virus corona tetap dijalankan secara otomatis dengan tingkat kesadaran sangat tinggi.

Hal yang sama terjadi di Jerman dan AS. Lelah diterpa oleh pukulan ekonomi yang hampir tak berkesudahan akhirnya membuat negara raksasa ekonomi tersebut harus keluar dari sarangnya "menyambut" Corona Virus lebih fleksibel tanpa mengorbankan kegiatan ekonomi lagi.

Di sisi lain kita juga dibuat heran dengan kebijakan-kebijakan kaku yang menjerat sejumlah negara tentang cara penanganan pencegahan wabah virus corona secara ekstrim berbulan-bulan lamanya. 

Mengacu pada awal "kaburnya" virus corona dari Wuhan pada akhir  Desember 2019 kini hampir 5 bulan beberapa negara terpasung oleh kekuatiran yang sangat tinggi pada virus tersebut sehingga memilih melawannya dengan memperpanjang lockdown, PSSB,PSBK atau apapun namanya senada dengan itu.

Tidak ada keuntungan secara ekonomis memperpanjang lockdown akan tetapi bencana kemanusiaan pun bisa menjadi "proyek" basah untuk mengeksploitasi isu tersebut sedemikian rupa guna mendapat keuntungan dari impor alat kesehatan, pengadaan alkes, obat-obatan, pendistribusian hingga ada juga memanfaatkannya dengan menjual kembali ke tengah masyarakat.

Bagi mereka masuk kategori itu memang berharap lockdown bisa lama karena ada keuntungan ekonomis yang dapat mereka peroleh dari bencana kemanusiaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline