Setelah tercapai kesepakatan antara Suriah dan Rusia di satu pihak serta Rusia dan SDF/AS di pihak lain akhirnya pasukan Suriah (SAA) dengan personil dan peralatan yang terbatas menuju ke posisi genting Syrian Democratic Force (SDF) yang terancam dicaplok pasukan Turki dibantu milisi pemberontak Suriah dalam payung Syrian National Army (SNA).
Pasukan Turki memperoleh kemajuan sangat signifikan dalam hari ke 5 invasi ke Suriah utara. Seluruh kota Tell Abyad telah dikuasai hingga kedalaman 23 Km ke dalam wilayah Suriah tepatnya telah tiba di desa Wadi al Hawijah. Sementara itu dari desa Al Adwaniyah hingga desa Sahl Ruwaydat sedalam 28 Km juga telah dikuasai Turki.
Kota Ras Al Ayn pun rasanya seperti tinggal menunggu waktu jatuh ke tangan Turki setelah desa-desa penyangga di timur dan baratnya jatuh juga ke tangan Turki pada hari ini.
Gambar di atas memperlihat daerah Kurdi Suriah (ungu) yang telah jatuh ke tangan Turki/SNA hingga hari ke lima invasi Turki ke Suriah utara atau hingga 14 Oktober 2019.
Melihat gerak maju ofensif aliansi Turki demikian derasnya membuat sisa pasukan AS yang (awalnya) tersisa 1000 orang pun pada akhirnya harus "angkat koper" dari seluruh kawasan Kurdi Suriah pada Senin (14/10/2019).
Merasa terancam akhirnya SDF memelas pemerintah Suriah, padahal beberapa kali SDF mengambil "kesempatan" dalam kondisi pemerintah dan militer Suriah sangat labil menghadapi pemberontak Suriah dukungan Turki.
Tak usah mengambil peristiwa perlawanan menuntut otonomi yang telah berlangsung 3 dekade terakhir sejak pemerintahan Hafez al-Assad (ayah Bashar al-Assad) Kurdi Suriah mempertontonkan kepongahan dahsyat dan luar biasa atas kerjasamanya dengan AS terutama sejak 3 tahun terakhir saat AS mulai merayu Kurdi Suriah Mei 2016.
Tanpa khawatir ditelantarkan AS, Kurdi Suriah melalui sayap militer terkuat SDF beberapa kalai mempermalukan pemerintah Suriah, antara lain:
- SIkap provokatif dan bermusuhan SDF terhadap SAA dan pemerintah Suriah menjadi-jadi saat kantong-kantong ISIS di kawasan Deir ez Zour diambil alih olehSDF.
- SDF tidak mengizinkan minyak dijual apalagi diselundupkan untuk pemerntah Suriah.
- Setiap usaha SAA maju beberapa ratus melewasi sisi timur sungai Eufrat senantiasa jadi bulan-bulanan serangan udara AS dan SDF dari sebelah sungai.
- Peristiwa terakhir adalah demonstrasi provokatif yang digerakkan SDF terhadap massa di sebelah timur Deri Ozzar menolak kehadiran SAA di kawasan tersebut awal Oktober 2019.
- Hampir setiap minggu meluluskan petempur segar dari tempat latihan militer dari taruna hingga kelas pasukan Komando didikan AS.
- Betapa jumawanya SDF dan petinggi Kurdi Suriah seakan mimpi negara merdeka yang kuat bentukan AS akan terealisir dalam waktu dekat. Setiap warga yang coba-coba mnenyuarakan pro Suriah ditangkap, disiksa dan diadili tanpa bekas.
- Partai politik baru berhaluan ultranasionalis pun dibentuk, tak ada satupun yang megarah pada negara induknya Suriah. Kurikulum pun dibuat sendiri dengan tidak memasukkan bahasa Suriah (Arab) sebagai bahasa utama melainkan bahasa Kurdi.
- Masih segar dalam ingatan pada 2016, SDF merebut ibu kota provinsi Al-Hasaqah dari tentara Suriah membuat pasukan pemerintah Suriah (SAA) dan milisinya dengan jumlah dan kekuatan sangat terbatas tak berdaya betekuk lutut di dalam negeri sendiri dalam petempuran lima hari melawan kekuatan gabungan SDF/YPG/ Polisi khusus Rojava atau Asayish Force.
SDF menyisakan wilayah "menghina" untuk dihuni pasukan Suriah di Al-Hasaqah city hanya selebar 500 meter x 1.500 meter. Seperti dalam gambar diperbesar (zoom) berikut ini:
Tapi segalanya runtuh dalam bilangan hari. Seminggu setelah pasukan AS ditarik hingga 14 Oktober 2019 terjadilah kemunduran sangat signifikan SDF. Kehancuran mental dan putus harapan terjadi di mana-mana. Tidak ada negara Arab manapun bahkan negara barat manapun membantu kecuali "permainan politik" mengutuk AS dan Turki yang diduga banyak kalangan telah bermain mata.
Hingga hari kelima invasi Turki telah menyebutkan versi Turki 500 SDF (termasuk YPG/PYD) telah tewas. Sementara menurut SOHR jumlah tewas di pihak TAF/SNA 108 orang tewas.