Lihat ke Halaman Asli

Abanggeutanyo

TERVERIFIKASI

“Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Kurdi Suriah (SDF) Jangan Tangisi AS

Diperbarui: 9 Oktober 2019   10:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image caption

Rencana AS ingin keluar dari Suriah (Suriah Utara) sesungguhnya telah lama disiapkan, setidaknya pada 19 Desember 2018 usai AS dan Syirian Democratic Force (SDF) menghancurkan kantong ISIS terakhir di Al-Baghouze. Saat itu Donald Trump mengumumkan akan menarik pulang pasukan AS dari Suriah karena misi mengalahkan ISIS telah mencapai tujuan.

Akan tetapi rencana tinggal rencana, yang terjadi justru sebaliknya yakni AS tetap beroperasi di sana bahkan memperkuat sistem pertahanan SDF sedemikian rupa mulai dari pelatihan, pendanaan, pembangunan gedung penting, sistem komunikasi, radar, amunisi, peralatan tempur hingga latihan pasukan komando untuk SDF.

Belasan ribu truk dari arah Irak telah datang dan pergi silih berganti ke kawasan Suriah utara yang dikuasai SDF. Pada satu sisi aksi tersebut telah membuat decak kagum warga Kurdi Suriah dan melambungkan angan-angan SDF setinggi langit. Tapi di sisi lain pasukan Arab Suriah (SAA) dibuat terperangah tak kuasa menganggu SDF kuatir dibantai AS melalui serangan udara.

Di negeri seberang, Turki dibuat panas dingin, tak sanggup rasanya melihat AS dengan sangat vulgar mempertontonkan dukungannya pada sebuah organasisasi yang cuma mempunyai sayap militer, ironisnya organisasi itu pula telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Turki.

Himbauan pemerintah Suriah dan Rusia agar AS meninggalkan kawasan Suriah tidak digubris. Yang terjadi adalah penembakan terhadap konvoi SAA yang sedang menuju ke kawasan perang menghadapi ISIS.

Di seberang timur sungai Eufrat AS menggagalkan usaha penyelundupan minyak dari kawasan yang dikuasai SDF kepada pemerintah Suriah melalui kota Deir ez Zour. AS mempertontonkan tidak peduli terhadap hukum Internasional dengan alasan menjalankan embargo ekonomi terhadap pemerintah Suriah.

Teriakan Erdogan dianggap angin lalu. Sumpah serapah presiden Turki itu seakan lawakan di mata AS. Tak ada tanda-tanda AS akan berhenti mendukung SDF di berbagai bidang.

Situasinya mulai tampak berubah pada 7 Agustus 2019 ketika AS memenuhi tuntutan Turki dalam membuat kebijaksanaan "Safe Zone" di kawasan perbatasan sepanjang 410 km sebelah timur sungai Eufrat.

Langkah AS semakin jelas ketika joint Operation darat pada awalnya dilaksanakan kedua negara hanya dilaksanakan Turki saja. Hal itu berlanjut pada operasi udara membiarkan angkatan udara Turki melaksanakan operasi sendiri hingga "melengganglah" dengan bebas pesawat tempur Turki di atas udara Suriah sejak terakhir kali pada 2012 ketika sebuah pesawat patrolinya di tembak jatuh di atas provni idlib oleh sistem pertahanan udara SAA.

Langkah AS menjadi jelas ketika pada tanggal 5 Oktober 2019, sebanyak 7 kendaraan pasukan AS bergerak dengan lesu meninggalkan pos mereka disebuah bekas pabrik semen di kawasan Kharabisq  menuju kota Tell Abyad.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline