Turki memang tidak tergoyahkan seteguh karang karakter pemimpin nasionalnya Recep Tayyip Erdogan dalam adu strategi kerja sama dan politik di segala bidang di negara sendiri maupun dengan negara lain.
Setelah "menang" adu siasat dengan Iran dan Rusia kini Turki pecundangi AS di utara Suriah.
Melalui serangkaian pertemuan Astana terbukti Turki menang yang banyak di Suriah. Dengan kata lain Turki menang tanpa perang melawan dua "sahabat" tersebut.
Turki kini leluasa mencapai kawasan terdalam Suriah (dekat Hama) sejauh 100 Km membangun pos pemantau ke 9 (dari 12 pos) dekat kota Morek, Hama.
Dengan hak tersebut Turki leluasa memberi bala bantuan apapun kepada milisi dukungannya dalam payung pasukan pembebasan Suriah (pemberontak) termasuk persenjataan, pasokan milisi baru dan memindahkan milisi yang terluka dari Suriah ke rumah sakit terdekat di perbatasan Turki-Suriah.
Selanjutnya Turki adu strategi melawan AS saat melihat kerja sama AS dan Kurdi Suriah makin kuat dan mesra. Kedekatan keduanya dapat membahayakan posisi Turki karena Kurdi berada dalam komando Syrian Democratic Force (SDF) terdiri dari YPG notabene afiliasi kelompok PKK yang telah 3 dekade angkat senjata melawan pemerintah dan militer Turki.
Entah itu alasan sebenarnya atau ada tujuan politik lain di balik itu Turki gerah luar biasa. Tidak khawatir akan memburuk hubungan dengan AS yang sejatinya adalah komando persekutuan NATO tapi tidak membuat Erdogan sungkan apalagi minder. Erdogan tetap mengatakan dan menyampaikan apapun keinginannya pada AS.
Turki memperlihatkan keseriusannya. Mobilitas angkutan logistik dan personil dikerahkan secara intensif sepanjang 400 Km antara Jarabulus di barat hingga ke Diar di bagian timur (dalam kawasan Suriah yang dikuasai SDF).
Beberapa kali artileri Turki menembakkan pelurunya ke arah posisi SDF di beberapa lokasi. Meski tidak banyak makan korban tapi serangan sporadis itu efektif menimbulkan pesan psikologis bahwa Turki akan siap menyerang.
Erdogan telah berulang kali mengingatkan dan mengancam akan menyerang kawasan SDF dalam waktu dekat. Frase "dalam waktu dekat" itu terus bergulir dari awal 2019 hingga terkini sebelum kespekatan dengan AS akhirnya dicapai pada 7 Agustus 2019 lalu.
Beberapa keinginan Turki adalah, ingin melaksanakan joint operation bersama AS. Selain itu hak seperti apa didapatkan dari AS dalam kawasan security zona tersebut. JIka AS tidak ingin berkerja sama, Turki mengancam akan membuat zona penyangga keamanan sendiri sedalam 32 Km.