Lihat ke Halaman Asli

Abanggeutanyo

TERVERIFIKASI

“Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Eksekutor Seperti Apa di Balik "Target" 4 Pejabat Negara?

Diperbarui: 31 Mei 2019   09:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar : keepo.me

Pertama sekali kita harus mengakui dan memberi apresiasi pada kerja keras dan ketelitian mereka membaca gerak-gerik salah satu perserta rusuh 22 Mei lalu. Dari sana Polisi menangkap seseorang yang ternyata memiliki senjata. Setelah dikembangkan ternyata berkaitan dengan sekelompok yang lain terdiri dari 6 orang berencana membunuh pejabat negara.

Tanpa ketelitian itu bisa jadi rencana maut tersebut terlaksana. Apa jadinya jika para tersangka itu berhasil melakukan rencananya? Tentu terjadi prahara dan dukacita nasional, bikin suasana makin kisruh dan mencekam sebagaimana niat yang ingin diciptakan oleh pembuat teror.

Namun demikian ada baiknya kita melihat lebih mendalam  "profil" kelompok penebar  maut tersebut BERDASARKAN aneka informasi yang ditemukan di berbagai media massa. Dari aneka informasi (data) yang kita terima akan mampu melihat sebetulnya seperti apa "postur" organisasi yang menargetkan pejabat negara tersebut. Setelah mempelajarinya kita akan tahu ternyata organisasi itu serius apa tidak menjalankan aksinya.

Data (fakta) dan Analisa

Pada 28 Mei 2019, Polisi mengadakan pertemuan Pers terbuka di Kemenko Polhukam mengungkap hasil penangkapan terhadap beberapa perusuh beberapa hari sebelumnya dalam aksi kerusuahan 21-22 Mei 2019. Dalam pertemuan dihadiri beberapapejabat nasional dan pejabat TNI AD, Kapolri memperlihatkan dan mengungkapkan hasil temuan berbahaya tersebut.

Analisa. : Dalam hal ini Polisi baru mengungkap pada umum setelah 6 hari tersangka demi tersangka diciduk. Jadi Polisi tidak tergesa-gesa mempublikasikan pada umum sebelum mengetahui detail duduk masalah dan tujuan masalah itu dapat disimpulkan dengan cermat ubruj dipublikasikan.

Data : Tanggal 14 Maret 2019, HK terima uang transfer Rp 150 jt dari sponsor untuk beli 4 senjata. Uang  dikirim dalam pecahan Dollar Singapore (SGD) dan ditukarkan ke Money Changer.

Analisa : Menukar uang SGD ke Money Changer bisa berarti uangnya diambil dari Bank lalu dibawa koe Money Changer atau Uangnya sudah ada untuk dibawa ke Money Changer untuk ditukar disana. Jika uang ditarik dari Bank lalu ditukar langsung ke Rupiah lebih simpel. Tapi ini tidak terjadi karena uangnya ditukar ke Money Changer. Berarti ada kemungkinan uangnya ditarik dari Bank lalu di bawa ke tempat penukaran uang . Kemungkinan lain, uangnya sudah ada (tidak dari Bank) lalu dibawa ke tempat penukaran uang.

Masalahnya adalah, kurs beli SGD pada 14 Maret 2019 di Bank Mandiri Rp.10.344 per 1 SGD. Berarti kalau jual harus di atasnya. Sementara Kurs beli BCA pada saat itu Rp 10.576 per 1 SGD. Kalau jual berarti harus diatasnya. Sumber Di sini

Perlu diketahui bahwa OJK telah MELARANG penukaran uang SGD sebesar 10.000 di Indonesia, sebab transaksi tersebut rentan terkait dengan aktifitas koruptif, sebut OJK sebagaimana dilansir di di sini. Jadi Polisi musti mengembangkan lebih jauh informasi dari tersangka itu di money changer mana ditukar dan kenapa money changer itu bisa menerima uang melebihi ketentuan di atas dalam satu transaksi? Tampaknya itu adalah alibi yang diberikan oleh kelompok tersangka tersebut.

Data: Uang sebesar Rp 25 juta diberikan pada Tajuddin (TJ). Menurut informasi tetangganya di Cibinong, TJ adalah anggota Marinir sudah tidak aktfi lagi. Ketua RT setempat mengatakan sudah lama tidak bertemu lagi.  Belum ada konfirmasi dari TNI AD tentang kebenaran hal ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline