Lihat ke Halaman Asli

Abanggeutanyo

TERVERIFIKASI

“Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Gerindra Mual, Sebut Demokrat Serangga Undur-undur, Kenapa?

Diperbarui: 10 Mei 2019   22:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar ilustrasi oleh Penulis

Sumpah serapah kubu 02 khususnya dari Partai Gerindra terhadap Partai Demokrat pun akhirnya tak tertahankan. Ibarat rasa mual telah ditahan-tahan beberapa waktu lamanya membuat mata berkunang, kepala terasa pusing ditambah keringat dingin bercucuran. Mau dibuang sekarang tak enak, dibuat nanti sudah tak tahan.

Demikianlah perempumaan kebencian partai Gerindra terhadap salah satu teman koalisinya dalam Indonesia Adil Makmur yaitu pada Partai Demokrat. Dan akhirnya pada hari ini muntahan sumpah serapah menjurus kata menghina itu tumpah keluar. Isinya adalah -maaf- serangga undur-undur.

Adalah wakil ketua umum Gerindra memuntahkan lontaran kalimat menghina. "Demokrat sebaiknya keluar saja dari Koalisi Adil Makmur. Jangan elitenya dan Ketum kayak serangga undur-undur ya. Mau mundur dari koalisi aja pake mencla-mencle segala," kata Poyuono . sumber : di sini.

Menghina karena belum ada sejarah terhadap  salah lokomotif partai politik Demokrat mendapat umpatan seperti itu, bahkan pada pemilu 2014 lalu pun Demokrat memperlihatkan style sama yaitu sangat konservatif, nyaris mirip dengan kemana arah angin berhembus ke sanalah ia berada. Mungkin itu sebabnya Demokrat lebih terkesan partai konserfatif, selain berlambang mata angin juga pemimpun umumnya sejak menjabat Presiden pun terkenal kehati-hatiannya.

Tapi peta politik 2019 beda dengan sebelumnya. Jika pada pemilu sebelumnya Demorkat bisa bermain dengan lemah gemulai maka pemilu kali ini tidak bisa. Apalagi kini Demokrat serumah dengan partai Gerindra yang garang segarang pemimpin umumnya yang tangguh bak superhero.

Maka ketika Demokrat memilih tanda-tanda mau melarikan diri dari rumah koalisinya di sanalah mulai terasa rasa mual itu. Dan ketika petinggi PD membuka tali silaturrahmi dengan kubu 01 melalui kunjungan "anjangsana" putra mahkota Demokrat itulah saat - saat paling memualkan itu terjadi. 

Rasa mual kubu 02 masih dapat ditahan meski sudah berkeringat dingin. Tapi apa daya ketika Partai berlambang 3 mata angin ini menyatakan "Kalau Jokowi menang PD akan pindah koalisi," habislah lah sudah.

Seperti diketahui Arief Poyuono mengkiritik Partai Demokrat (PD) habis-habisan bahkan mirip menghakimi anggota partainya sendiri. Tidak terliat kebesaran jiwa seorang politkus dalam partai yang besar. Tak terbayangkan partai yang katanya besar itu ternyata tidak mampu menahan kata-katanya dengan kalimat pengganti seadanya atau setidaknya dengan cara-cara diplomatis.

Poyuono mempertegas kegelisahannya, "..monggo keluar aja deh, wong gak ada pengaruhnya menghasilkan suara bagi (kemenangan) Prabowo -Sandi kok selama ini. Malah menurunkan suara loh.. ," ujarnya penuh semangat.

Jika mengingat-ngingat betapa PD ini pernah menjadi partai penguasa dan partai sangat diminati bergabung saat SBY  (ketua umumnya saat ini) menjadi Presiden rasa-rasanya bagaikan disambar petir di siang bolong mendengar celotehan pejabat teras partai Gerindra satu ini.

Mengapa Arief memberi perumpamaan PD bagaikan serangga undur-undur ada baiknya kita telusuri sedikit saja ke belakang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline