Lihat ke Halaman Asli

Abanggeutanyo

TERVERIFIKASI

“Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Strategi dan Masa Depan ISIS jika Kalah dalam Perang Suriah

Diperbarui: 14 Juni 2016   22:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: miamiherald.com dan dok.abanggeutanyo

Konsentrasi Perang Suriah dalam sebulan ini terpusat pada tiga lokasi, yaitu Kepungan koalisi Kurdi-Arab atau SDF terhadap Kota Manbij; Ofensif pasukan koalisi Suriah atau SAA di Kota Aleppo, dan upaya pasukan SAA menuju Kota Raqqa, ibu kota ISIS yang sedang "diperlombakan" antara pasukan SAA dan SDF dengan dukungan proksi masing-masing.

Fron pertempuran di Manbij khususnya di Kota Manbij hanya melibatkan SDF melawan ISIS. Sedangkan fron Kota Aleppo lebih rumit karena melibatkan pemberontak Suriah atau FSA, ISIS, YPG/SDF, dan SAA dengan dukungan faksi masing-masing. Fron Raqqa dari arah selatan hanya melibatkan SAA dan ISIS. Sementara dari utara Raqqa -mempertimbangkan alasan Politis dan Taktis- SDF "menunda niat" merebut Kota Raqqa dari ISIS.

Alasan politis tertahannya SDF sementara waktu akibat aroma kesepakatan AS dan Rusia menghentikan laju SDF ke Kota Raqqa sambil menanti koalisi SAA tiba dari arah selatan. SDF telah bertahan di posisi 24 kilometer saja ke gerbang ibu kota Raqqa sejak dua pekan terakhir.

Alasan taktisnya, SDF sedang berjuang habis-habisan di fron Manbij untuk memutus koridor utama masuknya ISIS dari perbatasan Turki ke arah Suriah. Upaya ini sedang terlaksana. Namun, akibat penguasaan Kota Manbij yang terkepung intensif mendapat perlawanan besar ISIS hingga menewaskan komandan tertinggi FDS, Feisyal Abu Leyla, kepungan ke bagian dalam Kota Manbij menjadi lebih prioitas untuk membersihkan kota Gubenuran tempat bercokolnya emir ISIS Manbij dari pengaruh ISIS.

Meski tidak berkoalisi satu dengan lainnya, kemenangan SDF, FSA, dan SAA terhadap ISIS menyebabkan wilayah ISIS di Suriah telah berkurang lebih dari sepuluh persen dibanding saat puncak kemenangan gemilang diraih ISIS di wilayah Suriah pada Juni 2014 lalu di mana saat itu kejaaani "The Great Caliphate" atau Khalifah Raya ISIS sedang bersemi di mana-mana, menggelegar seantero dunia, menimbulkan pesona bagi simpatisannya sekaligus kepanikan pada pihak-pihak yang mengkhawatikan bangkitnya ISIS.

Sejak awal 2016 hingga kini banyak bermunculan prediksi akan berakhirnya era reputasi kejayaan atau kemunduran ISIS. jika tak pantas disebut kolaps, sejak AS -terutama Rusia- bekomitmen melaksanakan serangan udara sistematis dan mendukung proksi masing-masing dengan tema perang terhadap ISIS atau Kampanye Anti ISIS. 

Tiga minggu terakhir, prediksi tersebut sepertinya hampir mendekati kenyataan setelah melihat kemunduran ISIS pada hampir seluruh fron Suriah dan Irak. Beberapa indikator kemunduran ISIS dimaksudkan antara lain adalah:

  1. Diperkirakan, 25.000 petempur ISIS tewas akibat serangan koalisi AS. "American airstrikes have killed 25,000 Islamic State fighters in Iraq and Syria and incinerated millions of dollars plundered by the militants, according to Pentagon officials." sebut sumber nytimes edisi Apil 2016 lalu.
  2. Meski ISIS berhasil menewaskan komandan tempur lawannya akan tetapi sangat banyak korban petinggi ISIS baik level top komandan maupun komandan lapangan tewas di berbagai fron Suriahdan Irak akibat serangan udara ataupun dalam petempuran darat terbuka. Setelah Abu Mussab al-Zarqawi -pendiri ISIS- tewas pada 2006 lalu, petinggi ISIS yang tewas terkini pada 10 Juni lalu adalah Osama al-Tunisi, Gubernur Manbij tewas bersama keluarganya di tangan SDF. Sebelumnya, Ali Al-Aswad juga tewas pada 19 Mei 2016 lalu. Dia adalah kepala intelijen ISIS sekaligus tangan kanan alias kepercayaan big bos, Abu Bakar al-Baghdadi.
  3. Dalam sebulan terakhir SDF mampu membebaskan 90 desa dari tangan ISIS. Sementara itu, SAA mampu membebaskan 400 desa dan merebut kembali teritorialnya seluas 10,000 km persegi dalam enam bulan pertama sejak Rusia intervensi pada 30 September 2015. "Defence Minister Sergei Shoigu said Russian aircraft had flown more than 9,000 sorties over almost six months, killing more than 2,000 "bandits" and helping Syrian government forces regain control of 10,000 sq km (3,860 sq miles) of territory, including 400 population centres," sebut : bbc edisi 15 Maret 2016.
  4. Pembunuhan atau eksekusi terhadap sesama anggota ISIS makin marak. Berlatar belakang alasan lari dari anggota, lari dari perang, tuduhan mata-mata sampai masalah pirbadi tak terhitung jumlah anggota ISIS tewas akibat mendapat hukuman penguasa ISIS sendiri. Korban terkini pada 12 Juni 2016, empat anggota ISIS dieksekusi oleh ISIS kelompok Abu Abdullah, salah satunya adalah saudara kandung Abu Abdullah sendiri, sang eksekutor. 
  5. Turki selama ini kerap dituding sebagai salah satu negara pendukung ISIS khususnya al-Nusra, mulai meningkatkan serangan terhadap ISIS di perbatasan dan memberikan kelonggaran kepada SDF berperang melawan ISIS dalam koridor zona penyangga yang dibuat Turki. Di sisi lain, pejabat Pentagon AS memberikan sikap mengejutkan, mendukung SDF/YPG/PYD keputusan sangat dibenci Turki. Bahkan dalam pernyataan terkini, Pentagon mempertimbangkan akan bekerja sama dengan PKK dalam kampanye anti-ISIS karena AS menemukan organisasi dianggap sangat mampu untuk melawan ISIS. Implementasinya, PKK telah menerima senjata roket antitank buatan AS, Sumber : foxnews  edisi 1 Juni 2016. 
  6. Jumlah pembelot ISIS semakin bertambah. Di antara yang berhasil meloloskan diri telah banyak membeberkan penyesalan mereka di berbagai media. Salah satu yang beruntung meloloskan diri terkini pada Mei 2016 adalah Abu Omar, ia mengungkapkan pada Sunday Times sejumlah fakta dan penyesalannya karena apa yang dipropagandakan dahulu jauh berbeda dengan kenyataan. Dia mengungkapkan betapa brutalnya ISIS sekarang menjelang kekalahannya. Sumber : en.alalam.ir

Beberapa fakta di atas memperlihatkan ISIS sedang dalam kacau meski mencoba bertahan sekuat tenaga sementara negara pendukung mulai memperlihatkan sikap inkonsistensinya -entah karena- melihat tujuan yang mulai jauh dari harapan sementara biayanya sangat besar, atau juga karena melihat AS dan UE telah menemukan pandangan sangat jelas tentang ada apa sesungguhnya di balik ISIS dan negara pendukungnya selama ini. 

Kekuatian ISIS  memang mulai terlihat, hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan taktik dengan memperlihatkan kekejaman lebih hebat. Beberapa hal dilakukan ISIS tahun ini adalah:

  • Bom bunuh diri ke dalam kantong aman lawan jauh dari zona perang dan penyiksaan brutal di depan umum semakin marak. Serangan bom terkini terjadi pada 12 Juni 2016 di Syeda Zainab dekat kota Damaskus. Serangan bom kembar tersebut menewaskan 12 orang dan melukai puluhan lainnya. 
  • Sedangkan penyiksaan terkini terjadi di dekat Jarablus terhadap 36 penduduk sipil yang mengenakan pakaian atau atribut SDF semuanya dibunuh di depan umum. Pada 4 Mei 2016 ISIS juga di depan umum mengeksekusi Muaz Hassan, seorang bocah lelaki berusia 7 tahun dengan tuduhan memaki ISIS. 
  • Jauh sebelumnya, pada Januari 2016 seorang anggota ISIS Ali Saqr al-Qasem menembak mati ibu kandung sendiri di depan umum akibat tak tahan terus-menerus dinasihati agar bertobat, keluar dari ISIS. Tak terhitung jumlah dan bentuk kekejaman lain terhadap warga sipil dalam dua tahun terakhir. Dari cara hukuman dilempar dari atas balkon hingga pelemparan batu terhadap wanita hingga tewas
  • Sementara itu, pelaku jaringan jual-beli wanita suku Yazidi sebagai budak seks juga berhasil ditangkap oleh pasukan Kurdi Irak di perbatasan Suriah, Deir Ezzor dan Irak pada 28 Mei lalu, Pelaku kejahatan lainnya, the Buldozer juga ditangkap awal Juni lalu di sekitar Deir Ezzor.

Kehadiran ISIS dalam konflik Suriah tergolong unik karena seperti tiba-tiba menjadi lawan terkuat dari seluruh kekuatan yang ada di Iak dan Suriah meskipun sesungguhnya embrio kelompok ini telah lama berdiri dengan nama Jam'at al-Tawhid wal-Jihad pada tahun 1999 di Irak. Di sisi lain, ISIS sangat agresif memperluas pengaruh dan kekuasaan hingga banyak muncul raja kecil dalam struktur organisasi yang kehilangan idealisme lalu tiba-tiba membesar tapi tak tekendalikan.

Persaingan internal dalam menentukan siapa paling berpengaruh dan berkuasa pun tak terelakkan terutama setelah anggota ISIS asal Arab melihat banyak sekali petinggi ISIS dari luar Arab paling disegani atau bekuasa. Kondisi persaingan ini membuat kekacuaan apalagi kehadiran petempur asing atas nama jihadis ternyata membawa misi-misi beraroma politis mengeksploitasi sektor bisnis menggiurkan dengan memanfaatkan celah dalam konflik perang saudara Suriah. Beberapa kelompok ISIS telah membuat organisasi ISIS menjadi semakin liar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline