[caption caption="Gambar ilustrasi. Sumber : onpolitics.usatoday.com"][/caption]Tak penting membicarakan gaya rambut poninya yang eksentrik. Tak perlu juga menyinggung gaya bicaranya yang sering dituding rasis apalagi melihat sisi lembaran kelam bahtera keluarganya,
Mari kita lihat saja faktanya perkembangan pemilu presiden AS 2016 kini kian panas menjalar ke seluruh dunia, terutama perkembangan kandidat sangat kontroversil yakni Donald Trump (DT) yang memperoleh kemenangan terbesar dalam tahapan Poling dengan memenangkan Super Tuesday di 7 negara bagian dari 11 negara bagian dalam proses pemilihan pendahuluan (Primary Ellection) pada 1 Maret 2016 lalu.
Super Tuesday adalah sebuah ungkapan yang lazim dipakai oleh media massa, pers, pakar politik serta politkus di AS sejak 1978 sejak berlakunya hari Selasa sebagai hari pemilihan pendahuluan (primary election) yang dilaksanakan oleh sebagian negara bagian di AS.
Tujuan Pemilu Pendahuluan sesungguhnya adalah mengumpulkan sebanyak mungkin suara yang akan menentukan delegasi (Capres) mana dari Demokrat dan Republik (Kaukus) yang akan bersaing pada konvensi pemilihan presiden (presidential nominating convention).
Tahun ini Super Tuesday jatuh pada tanggal 1 Maret 2016. Dari 50 negara bagian (termasuk wilayah khusus distrik Federal dan 5 teritorial) terdapat 11 negara bagian termasuk 1 wilayah khusus di bagian tenggara AS yang melaksanakan pemiliu pendahuluan pada "Super Tuesday" lalu. Oleh karenanya Pemilu pendahuluan pada Super Tuesday ini disebut juga the Southeastern Conference (SEC).
Hasil Pemilu pendahuluan ini kemudian menjadi calon tunggal pada konvensi nasional Demokrat dan Republik untuk melaju pada putaran kampanye pilpres "melelahkan" di seluruh negara bagian untuk memenangkan Populer Vote yang melibatkan warga AS yang memenuhi syarat untuk memberikan vote (suaranya).
Kandidat yang memenangkan populer vote terbanyak BELUM tentu menjadi Presiden karena masih akan dipilih lagi oleh Delegasi di lembaga pemilihan Presiden dan Wapres AS atau Electoral Collage yakni delegasi hasil Pemilud Pendahuluan yang berjumlah 538 delegasi yang mewakili seluruh negara bagian AS. Dengan kata lain, warga AS yang memberikan suaranya pada pemilu pendahuluan sesungguhnya adalah untuk memilih delegasi dalam lembaga Electoral Collage.
Utusan paling banyak berasal dari negara bagian California dengan 55 delegasi, diikuti New York (33), Texas dan Florida masing-masing 29 delegasi. Negara bagian paling kecil mengirimkan delegasi adalah Nevada, North Dacota, Wyoming, Utah, Idaho dan Delaware masing-masing 3 delegasi.
Dengan demikian dapat saja jadi kandidat yang menang pada pemilu pendahuluan dan hasil Kaukus TIDAK memenangkan Pilpres di Electoral Collage karena tidak memperoleh populer vote dalam Electoral Collage sehingga harus memupus impiannya (paling tidak sementara waktu) seperti dialami Romney dari Republik saat berhadapan dengan Obama pada 2012 lalu.
Melihat pada popularitas DT yang terus memimpin sejak proses awal pencalonannya hingga mengikuti aneka debat dan vote sampai keberhailan besarnya dalam sesi Super Tuesday 1 Maret 2016 lalu membuatnya semakin percaya diri. Selain itu pndukungnya juga semakin yakin bahwa DT kan dapat mewujudkan impiannya menjadi Presiden AS pengganti Obama pada akhir 2016 nanti.
Meski demikian kini banyak pihak merasa gerah dengan keberhasilannya memimpin pengumpulan popularitas di berbagai ajang debat dan vote. Tak terkecuali dari kalangan Republik sendiri diam-diam berharap bukan DT yang menjadi utusan Republik untuk bertarung dalam kampanye pilpres melawan kandidat Demokrat nanti, melainkan kandidat "simpanan" lainnya yakni Teddy Cruz.