Lihat ke Halaman Asli

Abanggeutanyo

TERVERIFIKASI

“Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Turki Kini Cela AS, Merasa Dikhianati dalam Krisis Suriah

Diperbarui: 15 Februari 2020   23:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar ilustrasi : . Olahan Penulis. Cuplikan pidato Presiden Turki pada 10/2/2016, mencela AS karena mendukung "teroris" (YPG) hingga menciptakan Sea of Blood di kawasan Suriah-Turki

Berbicara berapi-api pada 10 Pebruary 2016 di Presidential Palace in Ankara, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan tak mampu menahan rasa geramnya pada AS hingga mencela rekan sekutu dekatnya karena telah mendua hati dalam menyikapi kebijakan geopolitik Turki khususnya dalam melihat posisi Syrian Kurdish Democratic Union Party (PYD) dan milisi Kurdi Suriah (YPG) di kawasan Turki- Suriah.

Tony Blinken deputi Menlu AS dalam pertemuan damai Suriah di Jenewa pada 10 Pebruari 2016 menyatakan PYD bukanlah organisasi teroris karena faktanya justry PYD melindungi masayarakat Kurdi Suriah adalah korban agitasi dan serangan Islamic State (IS).

Sementara itu hampir senada dengan rekannya, John Kirby jurubicara Kementerian Luar Negeri AS menegaskan "We do not recognize the [Democratic Union Party] PYD as a terrorist organization. We recognize Turks do," katanya mengharapkan Turki melakukan hal yang sama dalam pandangan AS.

Sebelumnya pada 9 Pebruari 2016 sejumlah utusan Presiden AS dipimpin Brett McGurk mengunjungi Kobane (otonomi Kurdi Suriah) di perbatasan Turki untuk menjalin kemitraan lebih spesifik dan mendalam dengan PYD atau milisi  dalam kampanye anti IS di Suirah dan kawasan Timur Tengah.

Turki pun tak mampu lagi menahan marahnya. Dubes AS di Ankara, John Bass dipanggil oleh Menlu Turki pada 9 Pebruari 2016 untuk meminta penjelasan dan memilih sikap AS berada di sebelah teroris (sebutan Turki untuk YPD) atau di sebelah Turki. Dubes menyikapinya dengan hati-hati dengan meminta pers tidak membesar-bessarkan atau publikasi perbedaan kecil tersebut diantara sekian banyak persamaan sikap dengan sekutu dekat (Turki) tersebut.

Presiden Turki menyampingkan sikap hati-hati dubes AS tersebut dengan berpidato keras mencela AS yang mendapat tepukan pejabat tinggi Turki.

Dalam pidato panasnya berdurasi hampir 45 menit Erdogan juga menyasar pada Noam Chomsky salah satu profesor ilmu politik dan linguistik dan analis filsafat terkemuka dari Institute Teknologi Massachusettes AS sebagai aktor intelektual dibalik pembentukan opini miring terhadap Turki dalam masalah Suriah dan Timur Tengah dalam aksi petisi damai Suriah untuk Turki.

Erdogan menuding Chomsky tidak seperti seorang intelektual. Ia mengundang Chomsky untuk berdebat tentang kampanye tim riset nya yang beranggotakan 1300-an akademisi dan peneliti dari sejumlah negara.

Selain itu, 2000 lawyer dari beberapa negara juga telah menandatangani dan mendukung petisi damai Chomsky yang merekomendasikan pemerintah Turki agar menghentikan kekerasan dan kooperatif dalam negosiasi perundingan damai di kawasan tesebut dan untuk Timur Tengah.

Undangan (tantangan) tersebut ditolak Chomsky. Bahkan melalui email yang dikiimkan ke  theguardian ia berbalik menuduh Erdogan (Turki) menganut standard ganda dalam memandang dan meyikapi terorisme.

Akibat ikut campurnya pihak akaedmik dan peneliti Turki didalam aksi petisi damai tersebut sebanyak 27 akademisi dari beberapa universitas di Turki ditahan polisi karena dianggap melakukan provokasi terhadap pemerintah dengan menandatangani petisi damai tersebut yang berarti juga mengakui eksistensi YPG.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline