Lihat ke Halaman Asli

Abanggeutanyo

TERVERIFIKASI

“Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Bersiaplah, Sistim Bayar Non Tunai Berlaku di Planet Bumi Kita

Diperbarui: 29 Juni 2015   12:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1430070816953605759

[caption id="attachment_380306" align="alignleft" width="346" caption="Sumber : http://www.seputaraceh.com/read/22384/2015/04/25/foto-foto-keseruan-kompasiana-nangkring-di-aceh"][/caption]

Sabtu,25 April 2015, Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Aceh di Jl. Cut Meutia No.15, Banda Aceh mulai dijejali peserta sosialisasi Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) kerjasama Kompasiana  dengan BI Aceh. Sejak pukul 09.00 WIB, pelataran parkir di gedung bersejarah peninggalan De Javashe Bank milik Hindia Belanda yang dibangun pada 2 Desember 1918 tersebut dijejali kendaraan peserta yang mencapai 130 orang termasuk kompasianer hampir 100 peserta.

Berkaitan dengan acara bertajuk "Kompasiana Nangkiring, Jelajah Non Tunai" di aula BI Aceh, berikut beberapa hal menarik yang menurut penulis perlu  sampaikan, yaitu :

  1. Acara tersebut mendapat perhatian serius pejabat, birokrat, Bankir, OJK, Akademisi dan pelaku usaha Banda Aceh dan bahkan dari luar kota Banda Aceh. Sejumlah pejabat daerah termasuk kompasianer Syukri Muhammad Syukri menghadiri acara tersebut sangat antusias.
  2. Untuk pertama sekali menjadi ajang pertemuan Kompasianer Aceh dalam skala resmi dalam jumlah besar. Hampir 100-an kompasianer hadir dengan antusias yang pada akhirnya tercetus pembentukan Komunitas Kompasianer Aceh (KKA).
  3. Beberapa Kompasianer Aceh (termasuk penulis) baru pertama sekali dapat bertemu langsung dengan Pepih Nugraha, Iskandar Zulkarnaen dan Dikki dan lain-lain penuh akrab dan seperti melepas kerinduan pada saudaranya.
  4. Materi acara disiapkan dengan baik sekali. Suasana ruangan dengan penataan suara yang empuk, pendingin ruangan yang prima serta ukuran ruangan yang pas membuat peserta terasa agak leluasa dan betah di dalamnya.
  5. Acara pelengkap berupa Tarian Saman oleh salah satu sanggar seni dari Gayo memecahkan kekakuan dalam ruangan setelah pembukaan. Hidangan coffe break dan menu makan siang dengan cita rasa tinggi dari buffet dan prasmanan menyajikan aneka cemilan menghiasi Sabtu ceria di Bank Indonesia Kpw Aceh.
  6. Komedian lokal, Sukardi(?) meski tampil tunggal pada sesi Stand Up Comedy -sebelum berakhirnya acara- mampu  mengocok perut seluruh peserta membuat suasana rasanya jadi seperti di rumah sendiri.
  7. Konten materi  acara pengenalan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) dan pengenalan Lembaga Keuangan Digital (LKD) dibawakan dengan apik sekali oleh narasumber dari perwakilan BI Pusat, OJK Aceh dan Bankir BI dipandu oleh Iskandar Zulkarnen meramunya dengan santai, ringan namun tetap fokus ke inti ke dua sosialisasi program tersebut.

Sesungguhnya yang lebih menarik lagi adalah sosialisasi yang lebih tepat disebut dengan "Transfer Knowlidge" mengenai GNNT dan peranan Lembaga Keuangan Digital (LKD) dalam menyambut era Non Tunai yang ternyata telah digunakan secara massal dan intensif (masif) dalam sistim pembayaran di seluruh dunia.

GNNT telah dicanangkan secara nasional pada 14 Agustus 2014 lalu, namun gaungnya BELUM terlalu menyentuh hingga ke Masyarakat umum, mungkin ada semacam penolakan sekelompok masyarakat atau pelaku bisnis yang menantang dengan penyebaran issue kapitalis atau dengan stigma apriori yakni menghancurkan eksistensi bisnis sistim tunai atau menjaga kepentingan pelaku bisnis yang mempertahankan kultur pembayaran tradisional.

Itu sebabnya gerakan nasional yang telah diresmikan 6 bulan yang lalu belum mampu menyentuh warga kita seluruh Indonesia bahkan di Aceh sekalipun baru segelintir warga yang memahami lebih dahulu fakta dan manfaat pembayaran Non Tunai.

Dibandingkan dengan negara Asean lainnya, implementasi terhadap penggunaan instrumen pembayaran Nont Tunai dan Keuangan Digital ternyata belum mencapai 1% dari total bank people (nasabah yang memiliki rekening) di seluruh tanah air yang diperkirakan mencapai 177 juta orang seluruh Indonesia.

Mungkin ketinggian melihat posisi AS, Inggris, Brazil dan Swiss atau Hongkong dalam pemakaian Non Tunai. Lihat Singapore saja, hampir setengah penduduknya (50%) telah menggunakan instrumen Non Tunai dan Keuangan Digital dalam implementasi transaksi ekonomi dan keuangan mereka.

Sementara itu, Malaysia dan Thailand meski berada di bawah Singapore namun tingkat kesadaran warganya menggunakan Non Tunai dan Keuangan Digital dalam dalam setiap transaksi  telah melebihi tingkat kesadaran warga kita di tanah air yang kabarnya tidak mencapai 1% dari total Bank People.

Ironisnya, di beberapa sudut Afrika terdapat negara-negara berkembang tak penrah sepi dengan aneka konflik, mafia dan perang. Sebut saja Nigeria, Tanzania dan Kenya ternyata kesadaran warganya menggunakan instrumen non tunai terutama melalui HP lebih massif daripada kita yang hidup tenang dan cinta damai.

Menurut sebuah laporan, Kenya misalnya, pada 2013 saja 15 juta warganya menggunakan instrumen NonTunai melalui HP (provider based) telah berjalan dengan efektif sehingga masyarakat Kenya kini terbiasa menggunakan instrumen pembayaran Non Tunai dalam aneka transaksi keuangan digital. Artinya 32% dari 46 juta (populasi 2015 warga Kenya) telah selangkah lebih maju dalam menyikapi perubahan dan tuntutan zaman dalam sistem pembayaran masa kini. Sumber : http://www.totalpayments.org/2013

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline