Lihat ke Halaman Asli

Abanggeutanyo

TERVERIFIKASI

“Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Ada Gula Tak Ada Semut, Nasib Bekas PG Cot Girek Aceh

Diperbarui: 10 Juni 2021   14:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Soeharto, meresmikan PG Cot Girek pada Mei 1970. (gambar, kontribusi bung Arie KISS FM Medan)

 Salah satu peribahasa untuk menganalogikan daya tarik sebuah tempat yang memiliki kandungan ekonmis sehingga menarik pendatang untuk menikmati limpahan kandungan kekayaan tersebut, adalah "Ada Gula Ada Semut."

Banyak contoh yang bisa diambil untuk mendiskripsikan peribahasa tersebut. Salah satunya, pernah ada sebuah daerah di pedalaman Aceh Utara, sebuah desa disebut Cot Girek. Lokasinya 15 Km dari Kota Lhoksukon atau 35 Km dari kota Lhokseumawe. 

Daerah ini sekitar tahun 1970-an adalah daerah yang hijau, masih diselimuti oleh hutan-hutan yang rindang. Di dalam hutan itu terdapat areal perkebunan tebu sangat luas, kalau tidak salah sekitar 1000 Ha milik PTPN-1 yang ditugasi untuk mengelola Pabrik Gula (PG) Cot Girek. Dari lahan inilah PG tadi mendapat suplay bahan bakunya pada saat itu.

PG Cot Girek ini diresmikan oleh almarhum Presiden Soeharto pada Mei 1970. Saat itu masayarakat Aceh sangat bangga dengan hadirnya pabrik tersebut. Banyak mimpi-mimpi indah jika pabrik ini nantinya mampu mandiri. fismtaranya akan dapat menopang perekonomian Aceh, khususnya Aceh Utara.

Oleh karenanya saat presiden akan berkunjung ada dua sisi yang paling sibuk menghadapi kunuungan Presiden. pertama adalah anak-anak sekolah, khsusnya murid SD se Kecamatan Syamtalira Arun (saat itu satu kecamatan dengan Cot Girek). 

Seminggu sebelum  pak Harto tiba anak-anak sudah dilatih baris berbaris, bernyanyi dan rumah-rumah penduduk yang (katanya)akan dilewati pak harto dan rombongannya disekitar PG telah disulap dengan cat putih dan merah.

Di sisi lain yang tak kalah sibuk selain pemerintah daerah kabupaten Aceh Utara adalah pasukan pengawal pak Harto (kalau tidak salah namanya saat itu Paswalpres). 

Hari yang dinantikan pun tiba. Beberapa buah bis besar "rombongan pak Harto"melewati jalan yang berpasir belum diaspal debu mengebul kesana kemari di sepanjang lintasan 15 Km dari Lhoksukun ke Cot Girek. Beberapa kali usaha penyiraman jalan dengan air dilakukan sebelum rombongan lewat tidak kuat menahan sengatan terik matahari sehingga jalan yang baru disiram itu mengering lagi tak lama kemudian.

Pelajar SD menggunakan bendera yang terbuat dari bahan kertas kertas minyak menggerak-gerakkan tangannya seolah menyampaikan pesan selamat datang di daerah tersebut. Anak murid SD ditemani oleh gurunya menunggu berjam-jam.

Informasi dari panitia, Presiden akan lewat jam 9.00 otomatis guru dan anak muridnya bergegas ke lokasi pukul 8.30. Ternyata yang  dinantikan tak kunjung tiba. Setelah menunggu 90 menit anak-anak mulai bosan, ada yang pingsan, yang gak kuat berdiri menyingkir dari tepi jalan.

Panitia memberi  masukan kembali, "bahwa  sekitar 1 jam lagi Presiden akan lewat". Mendengar pengumuman seperti itu otomatis "para penunggu" berhamburan kembali  berdiri di kiri-kanan tepi jalan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline