Lihat ke Halaman Asli

Abanggeutanyo

TERVERIFIKASI

“Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Setan Jalanan: Egois, Rakyat Jelata, Dominan

Diperbarui: 23 April 2019   08:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ini benar-benar nyata: sebuah survey selama 2  (dua) tahun lamanya, untuk kita semua..

Melanjutkan reportase yang lalu mengenai fenomena wabah sepedamotor yang melanda hampir seluruh kota-kota di Negeri ini, ternyata hampir seluruh pemberi komentar /kompasianer sepakat bahwa setan jalanan memang sudah menakutkan, mejadi "momok"bagi pengendara lainnya. Untuk itulah saya memandang perlu memperjelaskembali fenomena Setan Jalanan melalui tulisan dalam postingan ini.

Setan Jalanan entah dari mana asal muasalnya, lambat laun menjelma menjadisosok yang Egois, merasa sebagai Rakyat Jelata dan merasa menguasai aturan. Mari kita telusuri lebih lanjut..

:Melawan Ukuran yang Lebih Besar 

Pilot pesawat termasuk pengendara juga. Kejadian di Curug, motor menerabas landasan pacu Curug, akbatnya pesawat latih yang dikemudikan siswa terbaik dan instrukturnya meninggal dunia..

Sopir truk tangki membawa muatan minyak penuh di daerah Sawah Besar Jakarta Barat, gara-gara menghindari motor keluar gang ke arah kiri, tidak lihat ke kanan jalan, sehingga truk tangki terpaksa banting setir ke kanan, terus menabrak mobil lain dan beberapa motor dan akhirnya berhenti setelah menyeruduk sebuah rumah -tanpa dosa- hingga hancur berantakan.

Beberapa pengemudi mobil harus ekstra hati-hati manakala dihadapannya ada pengendara motor berada diposisi agak ke tengah. Padahal didepan motor tidak ada sesuatu yang menghalanginya. Diklakson malah makin ke tengah. Dikalakson lagi malah marah. Lihat ke belakang sambil melotot,...

Gajah Harus Mengalah Lawan Semut.? (kontradiktif terhadap Pejalan kaki dan Sepeda) 

Kegalakan setan jalanan bukan saja terhadap kendaraan lain, tapi juga terhadap pejalan kaki.. Katakanlah pengendara motor memegang prinsip "Gajah harus mengalah kepada Semut", lalu, terhadap pejalan kaki kenapa banyak pejalan kaki yang tidak diberi kesempatan berjalan dengan tenang, tidak sedikit yang ditabrak, padahal si pejalan kaki berjalan di pinggir jalan tenang tenangnya tidak menganggu siapapun. Penjalan kaki pun banyak yang geger otaknya (seperti terjadi pada suami kenalan saya). Bahkan banyak pejalan kaki menyebrang pada Zebra Corss atau penyeberangan dalam posisi aman pun akhirnya harus menemui ajalnya gara-gara disambar Setan Jalanan.

Merusak Pedestrian dan Trotoar

Keegoan setan jalanan tidak berhenti sampai di situ. Mereka ramai-rami menaiki Pedestrian dan Trotoar yang jelas-jelas diperuntukkan bagi pejalan kaki dan untuk menciptakan keindahan kota. Luar biasa, pedestrian itu dinaikin dengan tidak rasa bersalah sedikitpun. Pedestrian pun akhirnya rusak beberapa bulan kemudian, akhirnya setan jalanan punt tidak bisa mempergunakannya lagi (apalagi pejalan kaki), setan jalanan mengomel"pemerintah kota kok kurang perhatiannya, pedestrian rusak gak dibetulin.. Kasihan pejalan kaki.." katanya di dalam hati... Aneh..sekarang dia memperhatikan pejalan kaki.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline