Lihat ke Halaman Asli

Abanggeutanyo

TERVERIFIKASI

“Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Wabah Sepeda Motor, "Setan" Jalanan...

Diperbarui: 23 April 2019   08:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Motor, sering dianggap sumber masalah. Banyak yang menyebutnya lebih ekstrim, yakni "Setan Jalanan". Sebagian diantara kita ada yang KURANG setuju dengan sebutan ekstrim ini karena masih banyak pengendara motor yang disiplin dan tertib serta bersahaja mengendalikan motornya (termasuk saya) untuk mencari nafkah dan kebutuhan lainnya. Pengendara motor yang dianggap biangkerok macet dan tidak disiplin, pantas disebut "setan Jalanan".

Setan Jalanan ditulis untuk memvisualisasikan sebagian pengendara motor sesuka hati berkendara dan membahyakan orang lain sehingga orang lain ngedumel dan  berteriak, lantas menyembul kalimat atau kata-kata  "setan Jalanan".. Bagaimana tidak heran kita, selain suka-suka pesawatpun di tabrak.!!!.Ingat peristiwa Curug : motor vs pesawat, kan?.

jika sempat mampir, lihat blog saya sebelumnya  http://hiburan.kompasiana.com/group/gosip/2010/04/22/motor-vs-pesawat/ 

Setiap usulan dan keputusan ada baik dan buruknya.  Setiap keputusan pasti ada yang berdampak positif dan ada yang negatif, juga ada yang diuntungkan ada juga yang dirugikan. Sama halnya terhadap usulan memberikan pendapat  tentang deregulasi bidang Sepeda Motor yang kerap menimbulkan kemacetan. Maka dalam konstelasi topik pilihan yang dipilih oleh Kompasiana officer mengenai hal tersebut,  pasti ada yang merasa dirugikan..

Namun demikian, saya memandang perlu dan penting terbitnya beberapa UU yang mengatur tentang deregulasi bidang sepeda motor, mulai pemasukan mesin motor, penjualan dan quota sepeda motor, syarat boleh berkendara motor, jalan apa yang boleh dan tidak boleh dilalui sepeda motor, dan hukuman apa yang perlu disiapkan untuk pengendara motor yang tidak disiplin.

Dipandang "PENTING" karena masalah sepeda motor ini sudah mewabah bagikan virus yang menyerang organ sel-sel dan jaringan penting sangat cepat. Kondisi ini memerlukan langkah antisipatif dan konstruktif segera walapun nantinya pasti ada yang merasa dirugikan walau untuk sementara waktu.

Dipandang "PERLU" karena kita melihat sepertinya Pemerintah (yang mengelola moda transportasi Nasional) apalagi Pemerintah Daerahnya, seperti kehilangan akal untuk mengatasi wabah ini, maka perlu mendengar dan mendapat masukan dari warga juga, dari masyarakat termasuk dari kalangan kita di kompasianer ini, semoga mereka ada yang memperhatikan tulisan-tulisan kita tentunya.

Namanya memberi pendapat pasti ada pro dan kontra dan dampaknya ada yang merasa tidak puas. Terlepas dari hal itu semua, dan didasari oleh niat penulis sedemikian tinggi untuk mengatasi persolan wabah motor dan kemacetan ini, penulis memandang perlu memberikan solusinya.

Beberapa solusi yang terpenting adalah :

  1. Batasi jumlah kendaraan sepeda motor dengan apapun dalil perhitungannya.
  2. Perketat proses pemberian SIM.
  3. Laksanakan Razia ketat dan hukuman pencabutan SIM bagi pelanggar lalulintas dan berkendara sesuka hatinya.
  4. Jangan biarkan pengguna sepeda motor seperti menjadi pemilik dunia seolah-olah merasa seperti preman dan mearasa diri sebgai rakyat jelata pemilik kebebasan sesuka hati (kumaha aing, kata orang Sunda).
  5. Terakhir, sarana transpotasi masal yang efektif, efisien, bekelas dunia dan bercitarasa seni tinggi (karena memperindah kota) harus ditindak lanjuti, misalnya Monorail. Untuk ini rekan-rekan dapat melihat postingan saya jika berkenan untuk menambah sedikit penjelasan lebih lanjut tentang Motor (ojek) dan Monorail, di ..http://hiburan.kompasiana.com/group/gosip/2010/05/25/jakartaterapungjakarta-monorailojek-vs-monorail/

Dengan mempetimbangkan beberapa point di atas (dan juga masukan-masukan dari rekan lainnya yang akan lebih melengkapi topik masalah ini)  maka alternatif dan solusi yang akn diambil  tentu akan bermanfaat bagi pihak berkompeten nantinya dalam mengatasi Wabah Motor di Negeri kita khususnya di kota-kota besar yang rawan macet.

Akhirnya benar kata orang... akibat "Wabah" setan jalanan, kota kita pun menjadi kota motor.... Uniknya, ketika pengendara motor "Setan Jalanan" tadi bertemu dengan kita dan dia membuka helmnya lantas  menyapa kita, misal..."apa  kabar, bang" sambil tersenyum...onde mande....ternyata setan yang kita lihat tadi adalah manusia yang baik budi dan beretika juga... Jadi kenapa harus berganti etika ketika mengendarai motor.?? Mana manis budi bahasa dan tatakrama serta sopan santunnya selama ini?.. Apakah senang disebut Setan Jalanan, penyebab macetnya kota kita..? Kalau senang kami panggil saja Setan Jalanan, sekalian merubah nama dalam aktenya, biar komplit,.... he..he..he....

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline