Menarik kita kaji manufer blusukan yang dilakukan oleh Jokowi menjelang pelantikannya ke beberapa kawan dan lawan politiknya dalam beberapa hari terakhir.
Manufer blusukan -yang dahulu dikenal dengan istilah safari- ke beberapa lawan dan kawan politik itu sedikit tidaknya secara psikologis telah berhasil mencairkan kebekuan suhu politik meski secara teknis kebekuan yang mencair itu berpotensi beku kembali dalam perjalanan waktu ke depan.
Pihak Jokowo tentu tidak sembarang soan atau blusukan ke kantong-kantong kubu politik yang dalam beberapa waktu terakhir memperlihatkan kuku dan taringnya di parlemen. Selain melihat semakin trengginasnya kubu Koalisi Merah Putih (KMP) pada babak awal penampilan mereka di parlemen (DPR), Jokowi dan tim investigasinya melalui jaringan intelijen melihat adanya potensi "kudeta" terhadap pemerintahan Jokowi menjelang pelantikan sampai dalam masa pemerintahannya nanti.
Safari Jokowi ke beberapa kawan sekaligus lawan politiknya memunculkan harapan mencairnya kebekuan politik yang selama ini berimplikasi pada sektor lainnya terutama pada bidang ekonomi dan sosial.
Sesaat kita melihat suhu kebekuan politik telah mencair dan berkesimpulan tidak ada konflik, akan tetapi kelihatannya tidak dapat bertahan lama, dasar pemikirannya adalah :
Tidak berjiwa kesatria
Bukan sesuatu yang aneh lagi masyarakat menilai sekarang jarang ditemukan pejabat teras di daerah dan pusat yang legowo alias berjiawa besar mengakui kekalahan dan kesalahannya. Bahkan dalam bidang serah terima jabatan pun sulit menemukan sosok yang berkaliber kesatria;
Meski semua orang bercita-cita memiliki dan merasakan sebagai kesatria tak banyak yang mampu menyerap jiwa kesatria dalam praktek kehidupannya sehari-hari.
Dendam kesumat.
Sifat lebih mudah tersulut saat berada dalam lingkungan orang-orang atau kelompok yang merasa senasib dan sepenanggungan akibat disingkirkan atau merasa tersingkir. Pertemuan dan rapat-rapat dari kelas teri sampai elit membahas kesalahan demi kesalahan lawannya dan mencari celah sekecil apapun untuk menjatuhkan pemenang.
Dendam kesumat ditata secara apik memanfaatkan celah-celah aturan dan regulasi dalam payung organisasi resmi. Memanfaatkan wewenang yang bungkusnya berbasis kepentingan rakyat tapi isinya tak lebih kepentingan utama partai.