Lihat ke Halaman Asli

Abanggeutanyo

TERVERIFIKASI

“Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Sutarman Mengundurkan Diri atau Diberhentikan?

Diperbarui: 26 April 2019   07:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : stat.ks.kidsklik.com


Dari Soekanto hingga ke Plt Kapolri saat ini, Komjen Badrodin Haiti, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) telah mempunyai 22 orang kepala termasuk Badrodin Haiti yang mengisi waktu sementara kekosongan Kapolri. Dari 22 orang pejabat Kapolri tersebut, yang diberhentikan oleh Presiden ada 3 orang saja, yaitu :

  1. Soekanto Tjokrodiatmodjo, diberhentikan Presiden Soekarno pada 1959
  2. Hoegeng, diberhentikan oleh Presiden Soeharto pada 2 Oktober 1971
  3. Sutarman, (jika benar) diberhentikan oleh Presiden Joko Widodo pada 16 Januari 2015

Ketiga tokoh polisi itu memiliki kisah sejarah karier hingga berhenti yang amat menarik. Akan tetapi yang paling menarik saat ini adalah kisah "diberhentikannya" Jenderal Sutarman secara amat mendadak oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat hiruk pikuk bola panas calon Kapolri Komjen Budi Gunawan sedang panas-panasnya.

Bola panas Komjen BG menyedot perhatian tidak henti-hentinya. Ia menyentuh satu per satu sejumlah elite birokrat dan politik negeri ini, antara lain menamatkan karier Sutarman lebih cepat dari waktunya.

Menyapu posisi Kabareskrim Komjen Suhardi Alius dari tempat strategisnya.

Menelanjangi komisi 3 DPR.  Menggoyang ketenangan politisi Mega dan Surya Paloh.

Menyeret KPK dan Presiden adu keberanian dan tak terhitung ratusan ribu polisi se Indonesia terpaksa menyeka air mata mereka melihat bola panas Komjen menggelinding menyisakan bekas penuh tanda tanya merendahkan wibawa polisi.

Pemberhentian Jenderal Sutarman lebih cepat dari waktunya dan dalam kondisi kacau seperti ini jelas menimbulkan tanda tanya. Oleh karena tanda tanya itu belum bisa terjawab maka sejumlah analisa menimbang-nimbang ada  apa dibalik pemberhentian secara mendadak tersebut, meskipun katanya diberhentikan dengan hormat.

Kita terpaksa harus menerka-nerka ada apa dibalik peristiwa yang kesannya semakin krodit tersebut. Kita dapat mengaitkan satu peristiwa dengan peristiwa lain (sebelumnya) sehingga dapat menganalisa dan menduga. Salah satu dugaan tersebut adalah tentang pemberhentian dengan hormat Jenderal Sutarman sebagai Kapolri.

Sebelum menyimpulkan dugaan, ada baiknya kita lihat sejumlah data dan fakta sebagai berikut :

  1. Penunjukan Komjen BG sebagai calon tunggal Kapolri oleh Presiden Jokowi ke DPR, Sutarman merasa TIDAK dilibatkan. Hal ini kontradiktif dengan pola atau meotde sebelumnya, termasuk saat Sutarman dicalonkan sebagai Kapolri pun Timor Pradopo diminta rekomendasinya oleh Presiden SBY.
  2. Sutarman merasa tertekan melihat BG yang secara lembaga adalah anak buahnya tapi terlanjut mempunyai link yang amat kuat dan luar biasa dengan elit birokrat dan politik di papan atas. Dengan modal tersebut ditambah modal secara finansial mengalahkan dirinya, Sutarman merasa sangat galau mengurusi anak buah dalam katagori seperti ini.
  3. Wajah Sutarman dalam seminggu terakhir sangat kuyu, layu atau lelah. Kelelahan akibat merasa tertekan atau hopeless (tiada harapan) menjelang pensiun berada pada posisi sulit dalam jabatannya. Posisi sulit itu berwujud rasa hilang kewibawaannya akibat di satu sisi KPK menerobos batas dalam tubuh Polri. Selain itu juga ia sulit karena tokoh yang ia rekomendasikan secara implisit rasanya tidak terbuka lagi peluangnya.
  4. Pada tanggal 16 Januari 2014 selesai subuh, ia bergegas membuat agenda ke Istana Negara tentang rencananya bertemu Presiden. Pukul 8 pagi, di hadapan Presiden ia (mungkin) mengutarakan maksud hatinya meletakkan jabatan atau memilih berhenti saja sebagai Kapolri akibat merasa ada perbedaan sikap dalam menetapkan calon Kapolri dan dampak yang terjadi pada tubuh Polri saat ini.
  5. Selepas Sutarman meninggalkan istana, giliran Wakapolri Komjen Badrodin Hati yang dipanggil bersama Komjen BG. Aneh, mengapa tidak secara bersamaan karena mereka semua satu institusi dan di bawah komando Sutarman.
  6. Sehari sebelumnya, ia menolak dipanggil Jokowi. Beredar rumor, Sutarman memberi penjelasan pada wartawan jelas ia menolak dipanggil Jokowi, "Karena nama saya Sutarman, Bukan Jokowi," katanya. Entah itu plesetan di media sosial belaka ataukah memang benar adanya, kita menggaris bawahi sikap menolak datang ke Istana pada Kamis (15/1) sehingga timbul dugaan adanya friksi antara Sutarman dan Jokowi meski ditutupi serapat-rapatnya oleh Kadiv Humas Polri dan Sekretariat Istana Negara.
  7. Pada saat yang sama, Jokowi juga melakukan mutasi dengan menukar Kabagreskrim Suhardi Alius. Ada kemungkinan tokoh inilah sebetulnya yang paling berpeluang dan direkomendasikan Sutarman. Sayangnya -menurut informan Jokowi- Suhardi disinyalir merekomendasikan pemeriksaan Komjen BG ke KPK.
  8. Meski Sutarman mempunyai calon Kapolri pilihan tersendiri namun ia memperlihatkan tunduk dan patuh pada pilihan Presiden.
  9. Pada 14 Januari 2015 lalu, 400 orang Pamen hingga Pati Polri se Indonesia dikumpulkan di Jakarta.  Kegiatan tersebut bertujuan menyampaikan sikap dukungan tehadap pencalonan Komjen BG yang dipilih Presiden  dan menciptakan soliditas internal Polri dalam menghadapi situasi dan kondisi Polisi saat ini dengan kasus Komjen BG tapi secara implisit Sutarman telah memberi tanda-tanda perpisahannya pada jajarannya.

Atas dasar analisis di atas, kemungkinan besar Sutarman BUKAN diberhentikan secara hormat, melainkan memilih mengundurkan diri. Apalagi mengingat masa jabatannya hanya tinggal berbilang bulan saja lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline