Lihat ke Halaman Asli

Sentil Kesadaran Mahasiswa Soal MEA

Diperbarui: 23 Februari 2016   13:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Ada yang menarik dari kuliah umum (Stadium General) yang digelar Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam Kampus I IAIN Mataram, Jumat (19/2). Kuliah yang bertajuk ‘Peran Alumni Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)’  itu disampaikan alumnus IAIN Mataram, Dr Kaharuddin Sulaiman, SAg, MHum.

Pria asal Kelurahan Dodu Kota Bima itu  kini sebagai Deputi Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Kantor Wakil Presiden RI.

Kuliah umum yang berdurasi sekitar tiga jam itu mampu menggugah kesadaran mahasiswa akan perlunya kesiapan mahasiswa mengahadapi persaingan usaha antar-negara di Asia dan dunia. Tidak hanya itu, materi disajikan dengan lugas dan menarik, sehingga dahaga keilmuan ratusan mahasiswa terpuaskan, baik yang berkaitan dengan kesiapan mental dan wawasan, maupun kesiapan modal dan lapangan usaha/bisnis.

“Otak kita harus berpikir cerdas dan cepat, karena saat ini pebisnis asing sedang gencar-gencarnya mencari lokasi bisnis yang tepat di Negara kita,” ujarnya via whatsApp, Senin (22/2).

 Apalagi, katanya, pengusaha buah-buahan sudah mulai berani berjualan di negara ini, bahkan dokter dan pendidik dari luar negeri mulai berani menggelar praktik dan mengajar sekaligus membangun lembaga pendidikan di negeri yang berpenduduk sekitar 200 juta lebih ini.

Alumnus Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam IAIN Mataram Tahun 2000 ini menganggap penting bagi   mahasiswa mengetahui dan memahami dampak dari MEA, sehingga mahasiswa memahami   apa saja yang perlu disiapkan sejak dini, hingga MEA benar-benar terasa keberadaannya di negeri sendiri khususnya di Nusa Tenggara Barat (NTB).

Dia mengingatkan, pebisnis asing datang dari berbagai negara  di Asia. Tidak hanya dari negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam yang serumpun bahasanya dan masih dapat dipahami, akan tetapi mereka juga datang dari berbagai negara yang menggunakan bahasa Arab, Mandarin, Inggris, Belanda, bahkan mungkin mereka akan berbahasa Perancis, Spanyol, dan lainnya.

“Oleh karena itu, bagaimana kita dapat memahami bahasa mereka, paling tidak kita dapat memahami satu bahasa saja yaitu bahasa Inggris,” katanya.

Kuliah umum itu  dimulai  pukul 08.30 hingga pukul 11.45 WITA,  berlangsung dialogis dan penuh antusias. Hal ini sangat terlihat pada kondisi aula yang dipenuhi  mahasiswa dari awal hingga akhir acara.

Selain itu, memberikan kesempatan kepada mahasiswa  berdialog. Delapan mahasiswa diberi kesempatan untuk menanyakan berbagai hal yang masih mengusik kegelisahan dan kekuatiran mereka dengan kehadiran MEA di negeri ini.

Tiga poin penting yang  diutarakan merupakan respons dari pertanyaan para mahasiswa. Yakni perlunya penguatan ilmu sebagai dasar pemahaman dalam mengimbangi saingan bisnis asing. Selain itu, mahasiswa harus banyak belajar bahasa asing sebagai alat komunikasi sekaligus memanfaatkan sumberdaya alam   dan menemukan inovasi-inovasi terbaru agar produk dalam negeri lebih diminati ketimbang produk-produk asing.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline