Lihat ke Halaman Asli

Khairil Anas

Karena Aku Ada Aku Menulis...Karena Aku Menulis Aku Ada

Menulislah! Niscaya Jiwamu Akan Hidup Selamanya

Diperbarui: 15 September 2021   06:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Seorang penyair dari Madura, Zahrowi Imron pernah berkata," Aku ada karena aku menulis, ketika aku tidak meninggalkan tulisan apapun ketika mati nanti, aku menjadi tiada. Benar-benar tiada dalam arti sesungguhnya. Namun bila aku meninggalkan tulisan atau suatu karya atau apapun namanya, mungkin aku mati secara fisik, tapi fikiranku, karyaku, bukuku, artikelku, atau apapun namanya, akan mengabdi dan Insya Allah akan menjadi amal yang akan terus mengalir."

Senada dengan yang diungkapkan oleh filsuf Yunani, Aristoteles, "Scripta Manent Verba Volent" yang bermakna, "Kata-kata lisan terbang, sementara tulisan menetap." Ungkapan ini semakin mempertegas bahwa tulisan akan tetap abadi, tak hilang ditelan pergeseran masa dan pertukaran waktu.

Tulisan sanggup melintasi zaman, melewati batas-batas geografis, sementara kata-kata yang diucapkan secara lisan akan segera menghilang ditelan angin.

Banyak tokoh-tokoh penulis yang telah wafat ratusan tahun lalu, namun namanya masih abadi hingga kini. Sebutlah satu di antaranya adalah Imam Bukhari, penulis dari kitab yang kita kenal dengan Shahih Bukhari, sebuah kitab yang berisi 9.082 hadist-hadist paling shahih dan menjadi rujukan seluruh kaum Muslimin hingga kini.

Meskipun penulis kitabnya sudah lama tiada, bahkan kita tidak pernah berjumpa dengannya, namun karyanya tetap abadi, namanya dikenal dan tulisannya terus dipelajari dari generasi ke generasi hingga akhir zaman nanti.

Cendekiawan muslim dari Mesir, Syekh Dr.Yusuf Al Qardhawi, pernah berkata, "Setiap penulis pasti akan mati dan berlalu. Tetapi waktu akan mengabadikan apa yang ditulisnya. Maka, janganlah Anda menulis dengan tangan Anda, selain yang dapat membuat Anda tersenyum ketika melihatnya kembali."

Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis dan pengarang Indonesia yang sangat produktif, menghasilkan 50 karya yang telah diterjemahkan ke dalam 41 bahasa asing pernah berkata, "Karena kau penulis, suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari."

Kutipan Pram yang tertulis dalam buku berjudul "Anak Semua Bangsa" itu, memberikan gambaran kepada kita bahwa keabadian, ternyata bisa kita capai dengan menulis. Walau secara fisik dirimu telah mati, namun jiwamu akan tetap abadi, untaian pesanmu tetap hadir di tengah manusia sepanjang masa, tak lekang oleh waktu, tak pudar oleh zaman.

Maka menulislah. Tuliskan apa yang engkau lihat, tulis apa yang engkau rasakan, catat apa yang engkau dengar. Tak peduli tulisanmu tak enak dibaca, acuhkan susunan kalimatmu yang belum pantas disebut sastra, atau mungkin pilihan katamu masih kacau tak mengindahkan kaidah. Abaikan, biarkan tulisanmu mengalir selancar engkau berlisan kata.

Suatu waktu nanti, engkau akan tersenyum membaca tulisanmu yang belepotan itu, engkau akan tertawa terpingkal bersama cucumu yang membaca kalimatmu yang mungkin kolot bagi mereka. Atau ketika engkau telah tiada, orang-orang akan menitikkan air mata membaca pesan-pesan konyolmu, sembari merasakan keberadaanmu di sisi mereka. Menulislah, niscaya jiwamu akan hidup selamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline