Lihat ke Halaman Asli

Abah Ucup

Seorang pengajar yang menjaga keresahannya

Memang Kapan Ibu Pertiwi Sehat?? (Sebuah Tanggapan Atas Keramaian Akibat MK)

Diperbarui: 22 Agustus 2024   17:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Katanya sekarang ini Ibu Pertiwi sedang sakit keras. Tubuhnya yang ringkih kian digerogoti oleh beragam penyakit, seperti kolusi, korupsi dan nepotisme yang kian parah. Apakah ajal semakin dekat untuk menjemput Ibu Pertiwi?
Jauh sebelum ramai pemberitaan, jika Ibu Pertiwi sakit keras di berbagai media, sebenarnya sejak 20 tahun lalu, Ibu Pertiwi telah mengidap penyakit. Memasuki era milenium, sebenarnya Ibu Pertiwi sedang bergembira karena penyakit yang dideritanya akan sembuh. Reformasi adalah obat penawar bagi penyakit Ibu Pertiwi.
Tapi apa daya, Ibu Pertiwi ternyata tidak jadi sembuh. Bahkan penyakitnya kian parah, dari hari ke hari sampai hari ini. Obat bernama reformasi ternyata telah diracik bukan oleh produsen obat. Melainkan para tukang obat gadungan yang dengan sengaja memalsukannya.

Tapi sialnya, tidak ada yang benar-benar mengkhawatirkan sakitnya Ibu Pertiwi. Para kelas menengah dan sebagian kaum cendekia merasa jika Ibu Pertiwi telah sembuh. Mereka meyakini, jika penyakit KKN yang dibawa oleh virus bernama Orde Baru telah berhasil dihancurkan menjelang era milenium tiba.
Sebagian kelompok justru tidak bergembira atas hal itu. Siapakah yang tidak bergembira atas kondisi itu? Ya! Mereka adalah kaum cendekia yang paham, jika obat bernama reformasi telah dicampur okeh racun dalam proses pembuatannya. Mereka tidak terima jika Ibu Pertiwi ditipu, dibodohi, dan justru dibuat semakin sakit. Segala data dan upaya mereka lakukan untuk menyadarkan khalayak jika obat reformasi itu palsu. Tapi apa daya, mereka kalah jumlah dan pengaruh.
Tidak ada kesembuhan yang didapatkan Ibu Pertiwi. Selama dua dekade lebih Ibu Pertiwi tetap menahan sakitnya. Sel-sel yang ada pada tubuhnya tidak benar-benar pulih sepenuhnya. Otda yang diyakini sebagai penawar racun sentralistik justru melahirkan raja-raja setempat. Perda yang seharusnya melengkapi UU justru digunakan untuk mengakali situasi. KKN yang seharusnya hilang justru semakin liar dan menggila.
Tapi selama ini sebagian anaknya, mereka yang berada di kasta menengah hanya menyaksikan Ibu Pertiwi yang berjuang akan sakitnya di tepian. Tidak perduli, yang penting tetap bisa hidup dari ibunya yang sakit. Ibu Pertiwi yang baik hatinya menyayangi semua anaknya tanpa terkecuali.
Akan tetapi Si Anak tengah baru lah mulai gusar ketika kini Ibu Pertiwi semakin dekat pada ajalnya. Mereka gusar, takut jika Ibu Pertiwi semakin parah, perut-perut mereka yang kenyang tidak lagi bisa terisi. Si Bungsu hanya berharap jika Ibu Pertiwi baik-baik saja, sambil sesekali mengarahkan tangannya ke atas, berdoa pada Yang Maha Esa.
Ah Ibu Pertiwi malang benar nasib mu. Melahirkan anak-anak yang tidak benar-benar mencintai mu. Si Sulung yang bajingan dan kurang ajar, yang gemar menindas adik-adiknya. Si Tengah yang acuh tak acuh, dan diam selama perut mereka kenyang yang berjuang untuk perutnya sendiri-sendiri, serta kepentingannya tidak terganggu. Si Sulung yang tidak bisa apa-apa selain menatap kakak-kakaknya yang kurang ajar seraya berdoa kepada Yang Maha Esa agar nasibnya baik-baik saja.
Ah Ibu Pertiwi semoga ajal tak lekas menjemput mu. Sebagai orang yang mempelajari sejarah aku memahami jika sejarah sekejam itu. Mempelajari sejarah bukan untuk menjadikannya palu untuk menghancurkan semua. Entah aku ada dimana hai Ibu Pertiwi. Harapan ku hanya lah satu, semoga mereka bisa belajar, jika pentingnya merawat ingatan. Sehingga tahu cara berbalas Budi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline