Tulisan ini bisa dinilai oleh pembaca sebagai out of the box atau apa terserah para pembaca sekalian. Kalau kita perhatikan, awal dari timbulnya pengalihan perhatian ini, dimulai dari segelintir K’ner yang sangat bangga atas pertemuan mereka dengan sosok GT dan mereka adalah terdiri para lover dan para pendukung serta para penjilat Jokowi. Bisa saja untuk menyelamatkan muka mereka atas dukungannya serta juga menyelamatkan junjungannya, mereka membuat salah satu bagian rekayasa konspirasi untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari salah arahnya solusi perekonomian Nasional yang sangat memberatkan seluruh rakyat Indonesia. Setelah GT nanti siapa lagi, pokoknya ada cara kotor agar fokus rakyat atas kepemimpinan Nasional menjadi buyar. Bisa pula ini merupakan rekayasa intelijen China yang sedang bermain di Indonesia agar gerakan dan upaya mendatangkan penduduk China sebanyak 2 juta orang ke Indonesia bisa mulus dan tertutupi dengan investasi China yang cukup gencar dan besar. Siapa tahu pekerja China yang sepaket dengan investasi China itu adalah merupakan tentara merah China sekaligus sebagai intelijen China yang menyamar sebagai pekerja diberbagai proyek China di Indonesia. Sudahkan intelijen kita BIN dan Intelijen lainnya mendapatkan analisa info tentang kemungkinan kuat ini ?
Penulis tidak mau terperangkap kedalam polemik murahan di Kompasiana tentang samaran sosok yang dikatakan sebagian K’ner paling hebat nilai kepenulisannya di Kompasiana ini. Penulis juga tidak pandang hebat walaupun picu berita Kompasiana menjadi konsumsi berita juga di media mainstream. Media mainstreamnya juga tidak lebih dari pengelolaan yang biasa saja seperti juga pengelolaan di Kompasiana dan media keroyokan lainnya. Pokoknya penulis tidak akan bisa terpancing dan terperangkap kedalam polemik kacangan itu. Memang, saat ini bisa kita buktikan, ternyata media sosial keroyokan bisa juga mempengaruhi dan menggiring media mainstream dan ternyata juga keberanian pemberitaan media sosial keroyokan sudah jauh melebihi objektifitas dan juga melebihi kecepatan tayang dari media mainstream sendiri.
Penulis menjadi heran, mengapa Gayus Tambunan (GT) sering menjadi bahan baku pemberitaan sejak orang ini diawal penangkapannya hingga kini. Keluarnya GT dari tahanan lalu bisa jalan-jalan entah kemana, yang salah tentu, para petugas dipenjara termasuk pimpinannya. Sampai kini tidak ada berita penindakan yang sangat tegas dari para Polisi maupun para petugas penjara.Pada saat itu, bisa dibayar oleh GT sehingga bisa keluyuran diluar penjara yang bisa masyarakat ketahui. Sepertinya memang GT dijadikan bahan baku pengalihan perhatian baik disaat kepemimpinan SBY maupun Jokowi. Disaat perlemahan ekonomi nasional dan pengkerdilan nilai rupiah secara cepat yang sudah mencapai Rp.14.700,- berita seperti ini sangat enak dijadikan konsumsi pengalihan perhatian massa masyarakat sehingga masyarakat menjadi tidak fokus lagi kepada kepemimpinan Nasional yang lagi gamang salah arah memanajemen kenegaraan.
Sejak adanya pengadilan GT terdahulu, tidak terungkap siapa saja oknum petinggi Dirjen Pajak yang terlibat dalam kasus GT ini, seolah-olah GT sendirilah yang melakukan manipulasi pembayaran pajak dari wajib pajak para perusahaan besar termasuk para perusahaan PMA. Kasus GT tidak mampu mengungkap terbongkarnya banyak oknum Dirjen Pajak dan para Direktur perusahaan besar pengemplang pajak. Inilah Pengadilan main-main didalam sebuah Negara Hukum dimana para Hakimnya juga banyak yang bermasalah dalam penegakan hukum. Kalau seorang GT saja bisa memanipulasi uang sebanyak ratusan milyar rupiah dari pemasukan pajak, bagaimana oknum karyawan Dirjen Pajak yang lainnya yang selevel dengan GT. Lalu bagaimana para oknum atasannya GT apakah mereka tidak mengetahui atau pura-pura tidak tahu? Bayangkan saja banyak oknum Polisi dan oknum Petugas Lapas yang memanfaatkan taburan uang GT sehingga GT bisa keluar bebas dari tahanan, bahkan saat itu sudah dinyatakan bahwa simpanan GT sudah diblokir tapi taburan uang GT masih banyak saja bahkan sampai sekarang ini. Mungkinkah penegakan hukum kita bisa tertipu oleh simpanan uang hasil manipulasi GT yang lainnya yang tidak terungkap ? Inilah permainan penegakan hukum yang sangat kotor dari para penegak hukum kita sehingga GT sebagai terhukum menjadi tujuan pemerasan model ATM-nya para oknum termasuk para pengacara GT juga yang turut serta menikmati dan melakukan pembiaran pelanggaran hukum didalam proses GT masih menjalani hukuman selama 30 tahun. Betapa buruknya penegakan hukum kita didalam teriakan gembar-gembor kepura-puraan Revolusi Mental. Seharusnya Negara yang sering dikatakan sebagai Negara hukum, Negara wajib memberikan penegakan dan perlindungan hukum dengan adil dan sebaik-baiknya sehingga setiap warga Negara bisa menikmati sebuah kenyamanan dan keamanan atas perlindungan hukum itu dari Negara. Yang ada disaksikan seluruh rakyat adalah kepalsuan dan kebusukan penegakan hukum. (Abah Pitung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H