Lihat ke Halaman Asli

Teror di Indonesia Stigma yang Dipelihara

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Selama ketidak-adilan, kemiskinan masih saja terjadi di Indonesia, maka hal yang bersifat seperti teror akan selalu terjadi. Apalagi Internasional dalam kuasa opini dari ideologi tertentu menghendaki agar stigma kepada Islam selalu dikaitkan dengan teroris.

Islam di Indonesia adalah terbesar di dunia dan alam Indonesia sangat kaya dengan SDA-nya. SDM di Indonesia yang terbesar adalah ummat Islam, dari kelompok ideologi tertentu menghendaki agar jangan terjadi SDM Indonesia mampu untuk membuat nilai tambah SDA bumi Indonesia, sehingga mereka akan memperoleh kekayaan dunia. Oleh karena itu, mulai sekarang kita (ideologi tertentu yang menguasai ekonomi dunia) harus menguasai dan menginvestasi SDA di Indonesia yang strategis walaupun terlihat nyata oleh mata dunia bahwa penguasaan SDA penting Indonesia mengandung pelanggaran moral investasi Internasional yang sangat memalukan. Bahkan diutuslah seorang kacung Internasional yang menjabat sebagai menteri luar negeri suatu negara adidaya untuk membicarakan penguasaan SDA Indonesia yang sangat memalukan dunia itu (menjadi catatan sejarah dunia yang mempermalukan suatu negara/bangsa dari pemerintahan boneka ideologi tertentu terhadap bangsa Indonesia).

Kita (ideologi tertentu yang menguasai ekonomi dunia) harus juga menguasai jaringan marketing nasional mereka (Indonesia) dan kalau bisa seluruh jaringan hubungan angkutan kapal mereka kita kuasai. Hal ini bisa kita kuasai karena kita sudah menguasai para pemimpin mereka bahkan pemimpin tertinggi mereka (Indonesia). Kedaulatan Energi mereka kita sudah kuasai melalui kaki tangan busuk kita yang ada di berbagai badan energi mereka dan perusahaan energi mereka.  Kini kita harus kuasai Kedaulatan Pangan mereka agar konsep "Ketahanan Pangan" mereka dirahkan secara berkesinambungan untuk memenuhinya hanya semata dengan Impor bahan pangan mereka. Seperti Kedelai sudah kita kuasai penuh sehingga kedelai varitas mereka sendiri sudah tidak dipercaya oleh para petani mereka sendiri. Berbagai peluang ekonomi pertanian sebaiknya kita kuasai dan dengan cara ini, kita bisa memperbanyak kemiskinan di Indonesia dan kemiskinan itu merupakan bahan baku yang paling dominan agar kita bisa membeli demokrasi dari sebagian besar rakyat dengan cara membeli suara, sehingga calon pemimpin tertinggi Indonesia yang kita tentukan (boneka kita dan kacung kita) akan selalu terpilih secara syah. Juga kita bisa manfaatkan kemiskinan dan ketidak-adilan di Indonesia untuk memecah kedaulatan NKRI kedepan (dalam tahap grand design kita selanjutnya).

Kemiskinan dan ketidak adilan yang nyata itu, juga merupakan bahan baku terbaik untuk membuat stigma Indonesia agar terpelihara dari sebutan Teror dan Islam Teror, sehingga agama Islam yang ada di Indonesia bisa mencitrakan keburukan dan keberutalan Islam Indonesia dan dunia pada umumnya. Setelah Komunis dunia tumbang maka musuh satu-satunya dari kita (ideologi tertentu yang menguasai ekonomi dunia) adalah ISLAM. Untuk agama dan ideologi lainnya didunia, sudah ada dalam genggaman kita dan itu hanya dalam genggaman jemari kiri kita.

Kita sudah membentuk tim anti teroris di Indonesia dari bagian angkatan Kepolisian Indonesia dan selama ini kita biayai secara rutin dalam rekening tertentu semi rahasia. Apabila ada prestasi tim bentukan ini, kita berikan hadiah lebih besar apabila issue terornya bisa mendunia. Pokoknya kemiskinan dan ketidak adilan adalah bahan baku yang amat penting untuk memelihara stigma teror di Indonesia. (Abah Pitung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline