Lihat ke Halaman Asli

Jokowi-Jusuf Kalla Menjilat Ludah Basinya

Diperbarui: 13 November 2015   09:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kepemimpinan dalam Islam tidak hanya sekedar mandat partai, kontrak sosial, kontrak politik antara calon pemimpin dengan seluruh rakyatnya, akan tetapi juga merupakan ikatan erat dalam perjanjian sang calon pemimpin dengan Allah SWT. Oleh karena itu kita semua membutuhkan tampilnya seorang pemimpin Indonesia yang konsisten berucap dan konsisten berbuat untuk Indonesia kini dan kedepan.

"Seorang pemimpin itu harus selalu konsisten dalam berucap apalagi berbuat (berkarakter) dan bukan zalim (menjahati) atas ucapan dan perbuatannya sendiri, karena menjadi seorang pemimpin adalah amanah dan titipan dari Allah SWT." (Abah Pitung)

Ketika Jokowi ditanya para wartawan tentang dia mau dicalonkan menjadi RI-1 ada ucapan Jokowi yang sangat mendasar yaitu "nggak mikir 3x tentang Presiden RI". Setelah ada pertemuan dengan 60 orang para pengusaha turunan Cina dikantor pusat PDIP, maka Megawati membuat acara pendeklarasian Jokowi sebagai Calon Presiden RI pada Pilpres 2014 ini. Anehnya Jokowi menyetujui bahwa dia akan memenuhi untuk menjadi RI-1 yang sangat bertentangan dengan pernyataan Jokowi sendiri sebelumnya yang sangat mendasar yaitu "nggak mikir 3x tentang Presiden RI". Lucu, dulu nggak mikir sekarang tiba-tiba mau mikir keras. Inilah sifat asli Jokowi yang buruk sejak dari Solo yang bisa dicatat oleh seluruh rakyat Indonesia.

Kalimat yang disampaikan Jokowi yang berkali-kali tentang "nggak mikir 3x tentang Presiden RI" adalah merupakan penegasan yang kuat, bahwa dia akan tetap memimpin DKI Jakarta sampai masa lima tahun sesuai dengan kontrak politiknya dengan seluruh rakyat DKI Jakarta. Hanya karena didepan para petinggi PDIP bersama 60 para pengusaha Cina Jakarta (Pengusaha para anteknya dan mitra usaha kapitalis Zionis Internasional) Jokowi berubah dan menentang seluruh perkataannya semula yang pernah disampaikan kepada publik. Ini menujukkan kepada kita semua sebagai rakyat Indonesia, bahwa sosok Jokowi adalah orang yang tidak konsisten dengan pikiran dan ucapannya. Ini adalah indikasi buruk bagi semua anak bangsa Indonesia jika dipimpin oleh orang bertempramen seperti ini. Apalagi setelah itu Megawati SP menyampaikan dengan lantangnya bahwa Jokowi hanya sebagai "Petugas Partai" yang dicalonkan sebagai Presiden Indonesia. Jadi sangat jelas korelasinya, bahwa mau tidak mau Jokowi harus patuh kepada PDIP dan Megawati dan mengikuti apa maunya PDIP dan Megawati SP karena sudah menjadi petugas partai. Sangat disayangkan predikat "Petugas Partai" menjadi blunder bagi banyak kalangan masyarakat bahwa dalam menghadapi tantangan Indonesia kedepan sebagai dampak kegagalan pemerintahan SBY, bangsa Indonesia membutuhkan seorang pemimpin besar yang memiliki karakter kuat dan wawasan luas dan bukan sekedar petugas partai yang setiap saat harus melaporkan tugasnya kepada pemberi tugas.

Bukti Jokowi sebagai petugas partai adalah ketika terjadi kasus manipulasi pembelian Bus Transjakarta dari China sejumlah nilai proyek Rp. 1,7 Triliun, terjadi manipulasi sangat besar atas pembelian tersebut, bahkan Jokowi sebagai Gubernur dilecehkan oleh para petugas lainnya dari Pemda DKI Jakarta serta dilecehkan juga oleh beberapa perusahaan yang mendapatkan proyek pembelian bus itu. Pelecehan ini, membuktikan budaya korupsi yang selama ini ada di DKI Jakarta tidak gentar menghadapi gebrakan Jokowi, bahkan pemerintahan bersih yang dicanangkan selama ini oleh Jokowi, dilecehkan oleh para pengusaha manipulator. Bandingkan jika Jokowi menghadapi tantangan dalam negeri Indonesia maupun tantangan luar negeri Indonesia.

Kita semua tahu, bahwa PDIP merupakan partai fusi (penggabungan) dari beberapa partai sekuler PNI, IPKI, MURBA ditambah Partai Kristen Indonesia (Parkindo) dan Partai Katholik. PDIP sudah lama dijadikan wadah perpolitikan bagi kalangan organisasi Kristen Protestan, Katholik, Advent, Budha, Hindu, Kejawen dan Sosialis, Nasionalis. Munculnya keluarga Soekarno memegang puncak manajemen organisasi PDIP selama ini, adalah untuk memanfaatkan simpati emosi massa PDIP dan emosi masa publik lainnya yang masih simpati dan cinta dengan sosok figur Soekarno. Makanya dalam spanduk partai, gambar Soekarno senantiasa ditampilkan dominan.

Selanjutnya, calon wakil presiden yang akan mendampingi capres Jokowi Jusuf Kalla (JK) pernah berkata jauh sebelum Jokowi dicapreskan, yang dikatakan Jusuf Kalla tentang Jokowi sendiri adalah : "Siapa bilang pak Jokowi tak punya pengalaman ? Dia kan gubernur DKI, pengalamannya lewat kota Solo. Tapi jangan tiba-tiba karena terkenal di Jakarta dicalonkan jadi Presiden, bisa hancur negeri ini, bisa masalah negeri ini".

Sekarang, JK mau dan bersedia mendampingi Jokowi dan bagaimana benturan maksud kalimat yang disampaikan JK sendiri dengan penerimaannya sebagai wakil capres sekarang ini ? Mengapa dahulu JK berkata "Jokowi punya pengalaman walikota Solo pengalaman manajer perusahaan meubel, lalu Jokowi  bisa hancurkan negeri ini, dan Jokowi bisa menimbulkan masalah dengan negeri ini". Tidakkah ini merupakan omongan dan pernyataan yang mencla-mencle alias memakan ludah basinya sendiri ? Inilah yang kita hadapi sekarang yaitu menyaksikan pencalonan Capres dan Cawapres JKW-JK yang keduanya tidak konsisten dalam berucap dan akan tidak Istiqomah keduanya nanti dalam berbuat.

Kampanye hitam yang berjalan dan berlangsung sekarang ini, tidak tertutup kemungkinan yang membuat kampanye hitam itu adalah berasal dari kelompok pencapresan-pencawapresan itu sendiri. Bagi semua rakyat waspada terhadap berjalannya politik kotor ini terutama pada kalangan para pendukung.

Karena kepemimpinan adalah amanah, titipan Allah swt, maka segalanya harus didasari kepada Kehendak-Nya dalam upaya untuk menjadi seorang Khalifah. Kemerdekaan Indonesia diperoleh secara berdarah-darah oleh para Pahlawan dengan teriakan "AllahhuAkbar" di berbagai daerah Indonesia dari kaum penjajah asing Belanda, Jepang, Portugis, Inggris dan Amerika. Pada tahun 2014 ini akan dicoba lagi untuk bisa menjajah Indonesia kembali lebih jauh lagi dalam bentuk yang lain. Masihkan anda sekalian pembaca Kompasiana belum sadar dan masih tetap dikendalikan dengan emosi perasaan hanya melihat sosok yang lugu dan sederhana, agak jujur semata padahal dibelakang mereka adalah penjahat dunia masih lanjutan para penjajah globalisasi tingkat dunia. (Abah Pitung)

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline