Lihat ke Halaman Asli

Sebentar Lagi Petugas Partai, Antek Asing Itu Dilantik

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Memang pihak asing sangat nyata mendukung untuk Jokowi sebagai Presiden RI. Berbagai media asing sebelum Jokowi di ekspose bombastis untuk menjadi calon Presiden sebelum Pemilu Presiden 2014, Jokowi diberitakan oleh berbagai media asing Internasional yang sangat dikuasai Kapitalis Asing (Zionis-Freemasonry) memberitakan berbagai prestasi kepemimpinan Jokowi di Solo. Termasuk skenario pemberian penghargaan Internasional kepada Jokowi adalah bagian erat dari konspirasi terencana pihak asing untuk mengorbitkan Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta dan sekaligus pencitraan rekayasa untuk sasaran utama bahwa Jokowi (Jkw) menjadi Presiden RI. Kita ketahui bahwa Prabowo Subianto sebagai rival Jkw satu-satunya dalam Pilpres 2014 adalah sosok yang sangat tidak disukai dan ditakuti kekuatan asing Internasional karena gagasan dan tekad Prabowo untuk memandirikan Negara dan bangsa Indonesia menjadi Negara yang mandiri dan investasi asing oleh Prabowo hanya dijadikan sebagai partner yang diukur secara professional ekonomis untuk sebesarnya kepada kebangkitan kemandirian Indonesia. Disini bisa kita buktikan bahwa Kapitalis Asing yang berkolaborasi dengan Kapitalis Aseng didalam negeri tidak akan mau melihat bangsa Indonesia menjadi Negara yang maju dan mandiri diantara Negara maju lainnya didunia.

Kita semua wajib curiga dan wajib tidak mempercayai kebenaran semua penilaian penghargaan Internasional, karena berbagai penghargaan itu bisa sebagai rekayasa pencitraan kepada seseorang atau kelompok yang sedang diupayakan untuk berbagai kepentingan rekayasa pencitraan. Kita bandingkan saja antara Walikota Surabaya Ibu Tri Rismaharini dengan hebohnya penghargaan kepada Jkw ketika menjadi Walikota Solo. Sangat nyata keberpihakan pihak asing hanya kepada Jkw dan penghargaan itu sangat banyak. Kita bisa saksikan bahwa Ibu Tri Rismaharini jauh lebih merakyat, lebih blusukan memperhatikan rakyat dan lebih berprestasi daripada Jokowi. Mengapa pihak Internasional tidak memberikan penghargaan yang sama banyaknya kepada Ibu Tri Rismaharini karena, pihak Internasional tidak ada maunya dalam pengorbitan Ibu Tri Rismaharini dibandingkan dengan Jokowi ?  Inilah pembuktian standar ganda kebusukan Kapitalis Asing turut campur di negara Indonesia, yang sebenarnya bisa disaksikan oleh seluruh rakyat Indonesia.

Sebutan "A New Hope" dimajalah "Time" adalah lanjutan kulminasi dukungan kapitalis asing kepada Jokowi setelah Mark Zuckerberg (facebook) untuk mengesankan kuat bahwa Jokowi diterima Internasional, padahal sebagai sebuah kenyataan pembuktian pengkacungan kapitalis Internasional kepada Jokowi sebagai tunggangan kapitalis asing. New Hope yang dimaksud oleh majalah Time adalah merupakan harapan baru dari para Kapitalis asing di Indonesia agar bisa selanjutnya menguras lebih banyak lagi kekayaan Bangsa Indonesia.

Selogan Kepolisian dalam rangka pengamanan pelantikan Jkw-Jk bertuliskan : "Bela Rakyat Sikat Penjahat" selogan ini sangat tendensius dan nyata ditujukan kepada pihak tertentu lawan politik koalisi Jkw-Jk. Sangat disayangkan instansi Kepolisian melakukan ini, seharusnya selogan yang dibuat bersifat ajakan dan mengayomi dengan himbauan berisi ajakan : "Mari kita sukseskan pelantikan presiden Jkw-Jk dengan aman" atau kalimat tidak berpihak yang menyejukkan lainnya.

Pembuatan selogan "Bela Rakyat Sikat Penjahat" itu, sangat nyata terlihat bahwa Kapolri sedang melakukan politik cari muka, cari simpati Presiden, agar terpilih kembali dengan memakai politik belah bambu. Kalau Kepolisian RI serius dengan selogan itu, sebenarnya kita tidak perlu kehadiran KPK. Karena penjahat yang sebenarnya di negeri ini adalah para Koruptor, pengemplang BLBI, Maling Bank Century, pencuri BBM bersubsidi, manipulasi pajak dan lain sebagainya. Kasus korupsi yang justru ada di intern Kepolisian sendiri tidak mampu diungkap oleh Kepolisian RI. Jadi selogan yang dibuat Kepolisian itu sebenarnya tertuju kepada intern kepolisian sendiri, disamping itu, tema tersebut terbukti terutama ditujukan kepada kelompok tertentu lawan politi koalisi Jokowi-Jk.

Akan adanya rencana arak-arakan mengawal pelantikan Presiden Jokowi-Jk serta akan adanya pesta rakyat paska pelantikan presiden di Monas, adalah sebagai show of force untuk menunjukkan kekuatan sepihak bahwa Jkw seolah-olah didukung oleh seluruh rakyat. Inilah sebagai bentuk rekayasa konspirasi unjuk kekuatan untuk menggertak KMP. Arak-arakan justru akan memicu pengkotakan rakyat bila terjadi keributan atau chaos pasti akan dituduhkan kepada pihak lawan politik yaitu KMP. Semua orang tahu, bahwa Jkw-Jk hanya dipilih oleh 53,15% pemilih tidak sampai 60% dan 46,85% lainnya memilih Prabowo-Hatta.

Show of force ini adalah bentuk frustrasi dan gagah-gagahan dari gagalnya kuasai parlemen. Sikap show of force dari kubu koalisi Jokowi bukan hanya gerakan rakyat atau relawan, akan tetapi polisi dan TNI akan dipengaruhi dengan menunjuk Kapolri dan Panglima TNI pilihan Jkw yang setia. Kapolri dan Panglima TNI harusnya independen serta tidak berpihak kepada salah satu pihak, tetapi hanya kepada Negara dan Bangsa. Show of force pengerahan massa arak-arakan dan pesta rakyat, hanya menunjukkan keangkuhan dan kehebatan hampa sekelompok kecil dari bagian seluruh rakyat Indonesia. (Abah Pitung)

Kekuatan Liberal calonkan SMI jadi Menteri Jkw-Jk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline