Lihat ke Halaman Asli

Prokontra Natal, Malah Jadi Pengungkap Keraguannya

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1419133423904074717

Ada seorang Pendeta Protestan di Kompasiana yang menuliskan seperti ini : ".....kini ucapan dan ucapkan Selamat Natal (dan juga ikon serta pernak-pernik Natal) dituding sebagai "ancaman sosial baru" terhadap banyak orang di Nusnatara. Posting di Medsos, dari beberapa kalangan, sudah merupakan penolakan total tethadap interaksi aksi sosial, jika orang tersebut gunakan pernak-pernik Natal dan senandungkan pujian bertema Natal. Poko' e, semua hal yang ada hubungan dengan Natal dan Perayaan Natal, merupakan ancaman terhadap nilai-nilai hidup dan kehidupan, serta bisa meruntuhkan dan melemahhkan iman seseorang. Bahkan, ada Ustad yang lebih maju, lihat SUPLEMEN, mengucapkan ucapan Natal, maka sudah menjadi Kafir atau kehilangan imannnya." Oooh... tidak sama sekali menjadi ancaman, malah tulisan si Pendeta ini sudah sangat berlebihan mengikuti daya khayalnya yang melenceng jauh, karena agama Islam adalah merupakan agama paling benar yang Haq bagi pemeluknya. Semua Firman Allah dalam Al Qur'an dan Hadist Shohih berani diinteraksikan dibahas tuntas secara rasional ditampilkan visual langsung, bahkan terjadi secara harian di radion dan TV. Bisakah agama lainnya selain agama Islam seterbuka dan seberani itu berinteraksi langsung dalam masyarakat ? Inilah salah satu bukti kebenaran agama Islam yang berani diuji didepan publik.

Berbagai pernyataan yang disampaikan didalam lingkungan ummat Islam tentang pelarangan "Ucapan Selamat Natal", adalah merupakan ajang saling mengingatkan agar ummat Islam dari generasi muda, tidak bisa dibohongi, ditipu, diiming-imingkan seperti cara-cara sangat bodoh yang dilakukan organisasi agama non Islam dalam mensosialisasikan agama mereka secara brutal dan sangat kotor di Car Free Day (CFD) Jakarta baru-baru ini. Atas kejadian CFD Jakarta inilah serta juga terjadi cara yang sama diberbagai daerah, makanya ummat Islam selalu dan senantiasa mengingatkan kepada sesama ummat Islam agar tidak memiliki atribut, apalagi mengucapkan selamat hari tertentu bagi ummat non-Islam.

[caption id="attachment_360886" align="aligncenter" width="537" caption="Cara sosialisasi agama yang paling bodoh dan kotor didunia terjadi di CFD Jakarta"][/caption]

Justru ramainya pro-kontra dalam membahas Natal, bisa menjadi peluang pengungkapan atas kepalsuan Natal itu sendiri serta kepalsuan yang lainnya.

Seperti yang dituliskan oleh seorang Kompasianer Kristen dalam judul tulisannya "Pergumulan Iman-ku dalam Salib" tertuliskan dalam tulisannya tentang keraguannya atas penanggalan 25 Desember yang sebagian kalimatnya bertutur : "Penyembahan serta pemujaan kepada dewa Sol sebagai dewa paling tinggi disebut Heliolatri yang merupakan bagian ritual keagamaan kekaisaran Romawi yang mempercayai banyak dewa. Sebelum kekristenan masuk Romawi, pada saat Kaisar Theodosius 381, agama resmi (religio licita) orang-orang Romawi adalah penyembah kepada Matahari (heliolatry).

Sebelum kekristenan lahir dan tersebar di seantero kekaisaran Romawi dan kemudian dijadikan satu-satunya agama resmi (religio licita) kekaisaran melalui dekrit Kaisar Theodosius pada tahun 381, orang Romawi melakukan penyembahan kepada Matahari (= heliolatri). Dewa Matahari atau disebut Sol sebagai pusat keilahian dan merupakan wujud tunggal dari berbagai kumpulan para dewa yang juga disembah oleh sebagian penduduk kekaisaran Romawi. Penyembahan itu diantaranya kepada Dewa Apollo, Dewa Mithras, Dewa Elah-Gabal.

Dalam ritual keilahian Romawi, penyembahan kepada Dewa Matahari, tanggal 25 Desember ditabalkan merupakan hari perayaan religius paling utama untuk pemujaan kepada Dewa Sol. Sehingga tanggal 25 Desember juga dijadikan sebagai hari kelahiran Dewa Sol (Dies Natalis Solis Invicti).

Ketika kekristenan menyebar kedalam kekaisaran Romawi, para penggospel dan penulis Kristen menjadikan momen Sol Invictus sebagai taktik misiologis Kristen, sehingga Yesus Kristus menjadi Matahari yang tak terkalahkan itu. Dibuatlah teks Mazmur 19:5c-6 ("Ia memasang kemah di langit untuk Matahari yang keluar bagaikan Pengantin laki-laki yang keluar dari kamarnya, girang bagaikan pahlawan yang hendak melakukan perjalanan") pada Maleakhi 4:2 (".... Bagimu akan terbit Surya Kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya.") serta Lukas 1:78 ("Olah rahmat dan belas kasihan Tuhan kita, dengan mana Ia akan melawat kita, Surya Pagi dari tempat yang tinggi"). Inilah sebagai landasan kuat Yesus Kristus dijadikan sebagai Sol Invicrus yang sesungguhnya yang diambil dari kepercayaan kuno Romawi.

Dari argumentasi inti diatas, jelaslah bahwa tanggal 25 Desember bukanlah hari kelahiran Yesus Kristus yang sebenarnya di kota Nazaret. Peristiwa Yesus Kristus dilahirkan pada saat itu tidak menjadi perhatian banyak orang, hanya ketika Yesus menjadi Kristus-lah saat itu dipercaya sebagai juru selamat Yesus menjadi pusat perhatian dan cerita-cerita pemujaan yang menghebatkan tentang kelahirannya pun di karang dan disusun.

Dari berbagai perdebatanku dengan beberapa Pendeta dan Pastor, aku tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan yang bisa memberi jawaban tuntas atas pergumulan Iman-ku. Jawaban yang didapat hanya sebagai "harus percaya" sebagai orang percaya yang didalamnya hanya sebagai pembenaran belaka."

Dalam kalimat miring itulah sebagian tulisannya sehingga membuat dirinya bergumul dan galau dalam Iman agamanya sendiri. Memperhatikan tulisannya, ada beberapa pembahasan sampingan yang juga dipertanyakan oleh Kompasianer Kristen ini seperti halnya dengan Matius 10:34-36 ; Lukas 12:49-51 dan bisa merembet kepada ayat-ayat Markus, Yohannes lain sebagainya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline