Lihat ke Halaman Asli

Abah Imin

Mahasiswa B aja

Sayyidul Ayam Menumbuhkan Ekonomi Kreatif bagi Santri Zumrotul Muttaqien

Diperbarui: 17 Juni 2024   23:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Program One pesantren One product (OPOP) menjadi program unggulan bagi pesantren termasuk di Jawa Barat. Pesantren dianggap perlu bisa bersaing dengan instansi lain guna bisa mencetak lembaga yang efektif di segala hal.

Pada tahun 2020, ada Surat undangan ke pihak Pondok Pesantren Zumrotul Muttaqien untuk menghadiri sosialisasi program One Pesantren One product (OPOP) dengan maksud mampu berkontribusi terhadap program tersebut. Sosialisasi ini pun disuguhi berbagai edukasi mengenai ekonomi kreatif. Di ujung acara, ternyata ada penawaran berupa pemberian bibit ayam petelur beserta pakan dan obat-obatan selama satu bulan ke depan.

Hal ini juga menjadi peluang besar pondok, baik untuk SDM-nya maupun dalam program unggulannya. Seperti yang dituturkan oleh ustadz Cecep (33), “ program OPOP ini sangat diterima oleh kami, kami ucapkan Terima kasih ke pihak penyelenggara. Program yang dirasa bisa melibatkan para santri ini, mudah-mudahan bukan hanya menumbuhkan ekonomi yang mandiri tetapi juga bisa menambah kepribadian santri dan kemajuan pondok”. Ujar sosok berjanggut tersebut.

Jumlah ayam petelur yang diberikan pertama kali berjumlah 115 ekor. Dengan persiapan dan tempat seadanya, pihak pondok berinisiatif untuk menyimpan dulu di bekas bak mandi dengan dipasang empat lampu sebagai penerang nya. Tetapi pihak pondok pun tidak diam saja, dengan di koordinatori oleh Rafli (15), Rois Asrama putra mengajak santri-santri untuk membuat kandang yang layak.

Kandang yang dibangun dengan ukuran sekitar 150 meter persegi itu selesai selama 4-6 hari. Dilengkapi dengan berbagai tempat penunjang seperti bak air, tempat pakan, tempat pengambilan telur, dll. Pihak pondok pun membeli mesin tetas untuk mempersiapkan tempat buat telur nantinya.

Seiring berjalannya waktu, sekitar 4 bulanan, ayam yang awalnya disimpan di bak air pun dipindahkan karena dirasa waktunya pas untuk memakai kandang yang telah disiapkan sebelumnya. Kelegaan pun mulai dirasakan oleh pihak pondok karena ayam-ayam yang mulai besar sudah mendapatkan kandang yang layak. Dirasakan juga oleh para santri yang selama ini selalu ikut andil memberi makan setiap harinya.

Puncaknya sekitar 5 bulanan, hampir semua ayam pada saat itu mengeluarkan telur. Setiap harinya pun bisa menghasilkan telur sebanyak 100-150 butir. Hal ini disampaikan oleh salah satu santri yaitu Agus. Katanya, “setalah beri makan ayamnya, kami selalu mengumpulkan telur tuh sekitar 100 lebih. Dan diberikan ke pihak pondok untuk disimpan di mesin tetas”. Antusias santri pun menjadi bersemangat karena setelah beri makan ayam, pasti membawa telur.

Melihat puncak telur yang sedang naik, pihak pondok memanfaatkan momen tersebut dengan maksud mempromosikan ke pasar terdekat dan ke orang tua santri. Ternyata banyak respon baik yang menerimanya. Terpintas pikiran pun untuk membuat label dalam mempromosikannya dengan nama “ Sayyidul Ayam” artinya Tuan ayam. Upaya ini dilakukan dengan maksud memperindah dan membuat semenarik mungkin ketika mau dipasarkan. Hal ini membuat lebih naik lagi sayyidul ayam dalam memproduksi telur ke pasar-pasar. Bahkan ketika rapat orang tua, guru-guru madrasah, bahkan acara akhir semester, Sayyidul Ayam ini selalu di orientasikan sebagai program unggulan dalam menumbuhkan ekonomi kreatif santri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline