Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Rizqi Romdhon

Guru Bahasa Arab di MAN 2 Tasikmalaya

Sejarah Perkembangan Politik Kerajaan Arab Saudi

Diperbarui: 22 Juli 2023   05:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1. Kerajaan Arab Saudi secara singkat

Kerajaan Arab Saudi atau al-Mamlakah al-‘Arabiyyah Al-Sa’udiyyah merupakan salahsatu kerajaan yang ada di negara Arab. Kerajaan ini dikuasai oleh wangsa Saud, dimana rajanya berperan sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Kerajaan ini mengalami tiga transformasi kerajaan mulai dari pendiriannya pada tahun 1727 dengan nama Keamiran Dir’iyyah, lalu pada 1824 Keamiran Najd dan terakhir pada tahun 1902 menjadi Kerajaan Arab Saudi. Sejak tahun 1932 wangsa Saud telah menguasai hampir seluruh semenanjung Arab yang kaya akan minyak, namun dalam perjanjian yang tidak tertulis, kekuasaan mereka dibagi dua dengan keturunan Muhammad bin Abdul Wahab yang merupakan pendiri gerakan salafi atau yang biasa dikenal dengan wahabi.

2. Muhammad bin Saud Al Muqrin (1687-1765)

Muhammad bin Saud Al Muqrin adalah pendiri pertama Kerajaan Arab Saudi, pada tahun 1927 beliau membentuk aliansi dengan Muhammad bin Abdul Wahab untuk mendirikan Keamiran Dir’iyyah yang merupakan cikal bakal dari Kerajaan Arab Saudi dan biasa dikenal dengan Kerajaan Saudi Pertama. Untuk memperluas kekuasaannya, pada tahun 1802 Muhammad bin Saud melakukan ekspansi ke Karbala dan melakukan penghancuran dan penjarahan disana. Tidak cukup disitu, ia juga menginvasi mekkah dan madinah pada tahun 1803 serta menghancurkan semua qubah-qubah makam kecuali kubah hijau Masjid Nabawi. Untuk mengatasi pemberontakan ini, pada tahun 1818 Kekhalifahan Turki Utsmani memerintahkan Gubernur Mesir Muhammad Ali Pasya untuk menghancurkan Keamiran Dir’iyyah. Kampanye perang Muhammad Ali Pasya berhasil membumihanguskan Keamiran Dir’iyyah. Pada tahun 1824 keturunan Muhammad bin Saud berhasil membangun kembali kekuasaan mereka dengan mendirikan Keamiran Najd yang dikenal dengan Kerajaan Saudi Kedua, namun pada tahun 1891 keamiran ini dihancurkan oleh Bani Al Rasyid, sehingga keturunan Muhammad bin Saud melarikan dan mengasingkan diri di Kuwait.

3. Abdulaziz Abdulrahman Al Saud (1902-1953 M)

Pada tahun 1902 Abdulaziz Abdulrahman Al Saud berhasil menguasai kota Riyadh dari Bani Al Rasyid dan mendirikan Kerajaan Arab Saudi yang dikenal dengan Kerajaan Saudi Ketiga. Penaklukan ini dibantu oleh Faisal Al Dawish yang merupakan pengikut ajaran Muhammad bin Abdul Wahab. Faisal memiliki pasukan militan yang dibentuk pada 192 dengan nama ikhwan Man Tha’allah atau persaudaraan orang yang taat kepada Allah. Dengan bantuan pasukan Ikhwan pada tahun 1902 Abdulaziz merebut Ahsa dari Kekhalifahan Turki Utsmani. Lalu pada tahun 1924 berhasil merebut Hijaz dari Syarif Mekkah dan mendeklarasikan dirinya sebagai Sultan Hijaz pada tahun 1926. Setelah bertempur bersama, persekutuan Al Saud dan Ikhwan pecah pada tahun 1929 karena tidak setujuan ikhwan dengan Abdulaziz yang berkongsi dengan Kerajaan Inggris yang menempatkan pasukan non muslim di tanah Arab. Pertempuran pun terjadi di Sabila dengan kekalahan pada pihak Ikhwan. Setelah berhasil mengatasi pasukan Ikhwan, Abdulaziz menyatukan Kerajaan Hijaz ke dalam Kerajaan Arab Saudi pada tahun 1932 dan diperingati sebagai hari nasional kerajaan sampai saat ini. Untuk meningkatkan perekonomiannya, pada tahun 1933 kerajaan menandatangani kerjasama eksplorasi minyak dengan perusahaan Amerika Standard Oil of California yang dikenal saat ini dengan Chevron. Hasil kerjasama ini membuahkan hasil dengan ditemukannya sumber minyak pada tahun 1938 dan diresmikan dalam sebuah perusahaan minyak global pada tahun 1941 dengan nama Arabian American Oil Company atau Aramco. Untuk mengamankan posisinya dalam percaturan politik dunia, kerajaan ikut bergabung dengan Persatuan Bangsa-bangsa pada tahun 1945. Dan juga untuk menyatakan dukungannya terhadap bangsa Palestina, kerajaan mendeklarasikan perang dengan Israel pada tahun 1948 dengan membantu pasokan pasukan dan senjata pada perang tersebut. Di akhir masa kepemimpinannya, Abdulaziz mendirikan Dewan Menteri untuk membantunya dalam pemerintahan.

4. Saud bin Abdulaziz Al Saud (1953-1964)

Setelah Abdulaziz meninggal dunia, Saud bin Abdulaziz diangkat untuk meneruskan menjadi Raja Kerajaan Arab Saudi. Ia dikenal sebagai raja Saudi pertama yang melakukan perluasan Masjid Suci. Pada tahun 1952 Masjid Nabawi yang pertama kali diperluas, lalu pada 1955 dilanjutkan dengan perluasan Masjidil Haram. Tidak hanya sarana keagamaan yang diperhatikan, pada 1957 Saud mendirikan universitas pertama di Kerajaan dengan nama King Saud University, tak lupa ia juga memperhatikan pendidikan perempuan dengan mendirikan sekolah untuk wanita. Bersamaan dengan Oil Boom, Kerajaan Arab Saudi bersama dengan Irak, Iran, Kuwait dan Venezuela pada tahun 1960 mendirikan organisasi OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries), pada awal pendiriannya organisasi ini ditujukan untuk melawan oligopoli perdagangan minyak dunia yang dilakukan oleh Amerika. Pada tahun 1962 untuk mengimbangi perkembangan teknologi yang pesat, kerajaan mendirikan stasiun tv. Pendirian stasiun tv ini menimbulkan polemik, dikarenakan ulama konservatif menolak dengan sangat keras hal ini atas pandangan bahwa pembuatan gambar adalah hal yang diharamkan agama. Namun polemik ini berhasil diredam dengan penayangan program pembacaan al-Qur`an.

5. Faisal bin Abdulaziz Al Saud (1964-1975)

Pada tahun 1964 Faisal diangkat menjadi Raja Kerajaan Arab Saudi menggantikan saudaranya yang meninggal dunia. Sebagai bentuk tanggung jawab tugasnya, pada tahun 1970 Faisal melakukan modernisasi kerajaan dengan pembangunan berbagai infrastruktur industri, ekonomi dan sosial. Juga sebagai komitmennya pelindung tanah suci, Faisal mendorong pembentukan Organisasi Konferensi islam di Jeddah pada tahun 1971 yang beranggotakan 56 negara islam. Pada tahun yang sama Faisal mendirikan juga kantor berita dinamakan dengan Saudi Press Agency. Untuk menguatkan ekonomi negaranya, pada tahun 1972 Faisal berhasil membeli 20% saham Aramco. Hubungan manis Faisal dengan Amerika mulai runtuh dengan adanya perang Yom Kippur pada tahun 1973. Untuk mendukung Mesir dan Syria yang melawan penjajah Israel, Faisal memboikot minyak sehingga harga minyak menjadi sangat mahal dan menimbulkan krisis ekonomi di dunia, terutama dunia barat. Keputusan ini dibayar dengan berat dengan kejadian memilukan, yaitu pembunuhan Faisal oleh keponakannya yang bernama sama Faisal bin Musaid pada tahun 1975. Banyak yang mengaitkan bahwa pembunuhan ini bukanlah semata intrik internal kerajaan, namun berkaitan dengan pemboikotan minyak yang dilakukannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline