Lihat ke Halaman Asli

Encang Zaenal Muarif

Guru, Penulis Lepas, Youtuber, Petani, Pebisnis Tanaman

Bukan Sekedar Bukber: Diskusi Pendidikan, Kebudayaan Hingga Kepemimpinan

Diperbarui: 27 Maret 2024   16:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diskusi Terbatas setelah Bukber. Foto jepretan Acep Rizal Setiagumelar.

Hidup adalah rangkaian sebuah cerita, yang terkadang berjalan tak sesuai dengan rencana, atau tanpa kesengajaan. Namun, di balik skenario Tuhan yang tak terduga, terkandung hikmah luar biasa yang dapat dipetik oleh orang-orang faham dan bijaksana. 

Selasa sore, 26 Maret 2024, ketika sedang menyervis mobil di sebuah bengkel dan hendak menjemput anak istri di tempat mertua di Ciamis, HP berdering. Ketua PGRI Kota Banjar, yang juga Kasie Cagar Budaya dan Permuseuman Disdik Kota Banjar, Dadang Darulkutni, menelpon. 

"Ada undangan bukber dari SDN 1 Purwaharja, kalau bisa tolong temani saya, kita sekalian diskusi di sana," katanya sembari menyebutkan nama Rumah Makan yang cukup populer di Kecamatan Cisaga, Kabupaten Ciamis. 

Rencananya, setelah servis mobil selesai, saya akan langsung meluncur ke Ciamis untuk menjemput anak istri yang sedang menginap di tempat mertua. Tapi demi sebuah solidaritas,  saya pun memutuskan untuk menemani Ketua PGRI Kota Banjar  memenuhi undangan tersebut, dan urusan penjemputan, bisa ditunda beberapa jam. Alhamdulillah, istri saya tidak pernah rewel, he.

"Saya ingin ada poin plus ketika guru-guru di Kota Banjar melaksanakan bukber. Minimal, ada diskusi seperti ini agar ada pencerahan," kata Dadang Darulkutni setelah makan selesai. 

Kajian terbatas dan semi formal selama satu jam tersebut berlangsung seru. Keluhan akan ribetnya PMM, proses kenaikan pangkat, fenomena CGP, tentang PGRI, bahkan hingga beralih pada diskusi persoalan kepemimpinan di Kota Banjar ke depan. 

Guru, terutama PNS, memang dilarang berpolitik. Namun demikian, sesuai dengan amanat UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, seorang guru dituntut untuk memiliki 4 kompetensi, salah satunya adalah kompetensi sosial.

Kompetensi sosial ini tidak hanya difungsikan di satuan pendidikan, namun diterapkan pula kebermanfaatannya di lingkungan sosial masing-masing guru. 

Pada preses Pilkada mendatang misalnya, dengan kompetensi sosial yang dimiliki, diharapkan para guru dapat berperan aktif untuk  memberikan edukasi, baik kepada siswa maupun kepada masyarakat di lingkungan sosial masing-masing, tentang bagaimana cara masyarakat pemilih menjalankan hak serta kewajibannya dalam berdemokrasi.

Dari pengamatan penulis di lapangan, guru merupakan salah satu profesi yang dihormati di masyarakat. Karena dianggap sebagai bagian dari kalangan intelektual, keberadaan guru identik dengan ketokohan di lingkungan sosialnya. 

Paling tidak, dalam setiap kepengurusan DKM (Dewan Kemakmuran Mesjid), pasti ada guru di sana. Tidak sedikit guru yang menjabat sebagai ketua RT, ketua RW, bahkan BPD. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline