Lihat ke Halaman Asli

Encang Zaenal Muarif

Guru, Penulis Lepas, Youtuber, Petani, Pebisnis Tanaman

Anjing dan Monyet

Diperbarui: 20 Januari 2024   10:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: pixbay.com

Kamis kemarin, setelah mengajar 6 jam pelajaran berturut-turut, badan ini terasa pegal dan otak sepertinya sudah menuntut asupan kopi hitam. 

Saya memutuskan untuk ngopi keluar dari area sekolah, agar terhindar dari kebisingan 1000 lebih siswa. Hiruk pikuk suara di sekolah sehari-hari, bisa menjadi salah satu pemicu stress. 

Kurang lebih 100 meter saya berjalan ke warung sebelah barat sekolah. "Teh, kopi hitam 1, dikocek 17 kali ke arah kanan," kata saya sedikit berseloroh. Sengaja saya jelaskan secara detail, untuk menghindari pertanyaan yang umum diajukan para pedagang kopi "dikocek atau nggak?", Hehe...

Sruput....baru saja seteguk, setengah lelah dalam badan hilang seketika. Di atas kursi bambu yang sudah mulai reot, saya sandarkan punggung di tembok, sembari mencari ide untuk menulis di Kompasiana. 

15 menit melepas lelah, tiba-tiba rombongan pelajar SMP, entah dari sekolah mana, saya lupa melihat badge sekolahnya, datang sembari bersenda gurau dengan sesama temannya. 

"Waduh, rupanya anak SMP baru pada bubar ya, Teh...Saya lupa, kirain bukan setengah 1 jam pulangnya," kata saya pada Teteh pemilik warung, merasa gagal, tadinya ngopi di sini untuk mencari ketenangan, malah pas berbarengan dengan waktu pulang anak SMP yang malah membuat suasana jadi riuh. 

Selain membuka warung, Teteh dan Kakang pun mengelola lahan parkir di halaman rumahnya yang luas.  Anak-anak SMP dan siswa SMA tempat saya mengajar, banyak yang menitipkan sepeda motor mereka di sana. Kurang lebih 100-an jumlah motor yang terparkir di sana. 

Siswa SMP yang bergerombol itu pun membeli minuman, jajanan, dan banyak di antara mereka yang membeli rokok. Tanpa malu, mereka menghisap rokok dengan nikmatnya.

Sebagai guru, saya risih melihat perilaku mereka, namun tak kuasa untuk menegur, karena mereka bukan murid saya. Lagian, pikir saya, toh ketika mereka saya tegur, apa mereka akan manut? mereka pasti berpikir, apa urusan saya dengan mereka, saya bukan guru mereka, bukan pula orangtua mereka. 

Jika hal ini terjadi pada pembaca, apa yang akan Anda lakukan? Bingung kan? Hehe ... Jawab di kolom komentar yaa. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline