Lihat ke Halaman Asli

Encang Zaenal Muarif

Guru, Penulis Lepas, Youtuber, Petani, Pebisnis Tanaman

Tak Ada Masa Pensiun untuk Guru yang Memenuhi Syarat Ini

Diperbarui: 11 Januari 2024   18:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Hasil Screenshot Kompasiana 

Kutulis apa yang kupikir, kurasa dan kualami. Tentu saja kugunakan pula logika dan rasa untuk memfilternya. Meski sebagian menanggapi nyinyir. Tapi aku tak peduli. Prinsipku, guru yang tidak menulis bagaikan seorang artis cover-an. Hanya mengcover lagu orang, namun tidak punya karya sendiri. Tak punya kreasi.

Hebatnya dampak menulis sudah tak bisa diragukan lagi. Mempengaruhi orang tanpa menyentuh. Menggiring opini tanpa mesti ribut. Penulis selalu menuntut dirinya untuk terus membaca, merasa, mengolah pikir dan membuat jasad dan ruhnya terus bergerak. Itulah mengapa biasanya penulis awet muda dan kesehatannya bagus. 

Salah satu penulis Kompasiana yang saya kagumi, Pak Tjiptadinata Effendi, pria kelahiran Padang, 21 Mei 1943 (usia 80 lebih) yang hingga tulisan ini dibuat, telah menulis 7.158 artikel di Kompasiana. Di channel YouTube Kompasiana, beliau bercerita bahwa menulis bagi beliau awalnya adalah sebuah hobi, namun lambat laun berubah menjadi kebutuhan. Sehari saja tidak menulis, terasa ada yang kurang dan tidak enak badan.

Luar biasa bukan? Bahkan, hingga kini Pak Tjipta masih sanggup menyetir jarak jauh. Perkara kesejahteraan, jangan ditanya. Ketika seseorang telah konsisten berkarya hingga mencapai tahap maestro, kebutuhan hidup bukanlah sebuah beban. 

Saat tak ada orang yang mendengar cerita kita, setidaknya akan ada orang yang membaca tulisan kita. Sebuah tulisan mampu menembus batas ruang dan waktu. Tidak di tempat kita, bisa jadi di tempat yang lain. Tidak hari ini, mungkin hari esok, ada orang yang mengambil manfaat atas ide yang kita tuangkan. 

Menjadi PNS guru, tentu dibatasi waktu. Usia 60 tahun mau tidak mau kita harus pensiun. Namun jadi penulis, selama hayat dikandung badan, selama jari kita bisa mengetik, bahkan ketika jari kita sudah tak berdaya pun, selama masih bernyawa dan sehat secara psikologis, kita bisa menyuruh orang untuk menuliskan isi pikiran kita. Intinya, tak ada kata pensiun untuk penulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline