Lihat ke Halaman Asli

Encang Zaenal Muarif

Guru, Penulis Lepas, Youtuber, Petani, Pebisnis Tanaman

Kesalahan Berbahasa pada Proses Debat Capres

Diperbarui: 7 Januari 2024   21:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Input sumber gambar : JawaPos.com

Sebagai seorang guru bahasa, meskipun bukan guru Bahasa Indonesia, telinga saya seringkali tergelitik ketika mendengar seorang pembicara, entah itu seorang Youtuber, atau host sebuah program TV, politisi, atau siapapun yang melakukan kesalahan dalam berbahasa Indonesia, dan kesalahan tersebut seringkali berulang. 

Salah satu kesalahan yang sering saya dengar adalah pemborosan kata yang diucapkan oleh seorang pembicara. Berikut ini contohnya: 

Pemborosan Kata "Kalau Misalkan" 

Mungkin Anda juga sering dengar, seorang pembicara mengucapkan gabungan kata-kata "kalau misalkan".  Padahal, dilihat dari fungsinya, kalau dan misalkan adalah dua kata yang memiliki makna yang sama, digunakan untuk sebuah kalimat pengandaian. 

Lucunya, kata-kata "kalau misalkan" ini sangat sering digunakan bahkan oleh orang-orang yang pendidikannya tergolong tinggi. Bahkan saya pernah mendengar, seorang pembawa acara TV ternama yang berkali-kali mengucapkan kata "kalau misalkan".

Contoh penggunaan kalau dan misalkan yang salah seperti halnya : "Kalau misalkan Bapak terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia, apa yang akan Bapak lakukan?", Seharusnya cukup pertanyaannya seperti ini, "kalau  Bapak terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia, apa yang akan Bapak lakukan?", atau jika ingin menggunakan kata misalkan, kata kalau cukup diganti dengan misalkan. 

Pemborosan Kata Campuran Bahasa Indonesia dan Bahasa Asing

Saya mendengar pemborosan kata ini dari salah seorang calon pemimpin negeri ini, namun tak akan saya sebutkan namanya. Pada acara debat capres, seorang capres mengungkapkan,"Hal ini sangat jelas dan clear". Lho, jelas dan clear adalah dua kata yang sama artinya 😀. Bedanya, clear berasal dari Bahasa Inggris. 

Saya tidak tahu maksud penggunaan bahasa asing yang digunakan pembicara, apakah supaya terlihat keren terdengar oleh masyarakat awam, hanya sekedar penekanan atau untuk memperpanjang durasi pidatonya saja (killing the time). 

Sebagai penulis yang menjunjung tinggi netralitas dalam hal politik, saya tidak memiliki tendensi untuk memihak calon manapun. Saya hanya ingin menghimbau kepada siapapun Anda, calon pemimpin di masa yang akan datang, terutama para pelajar, mahasiswa serta para aktivis, belajarlah Bahasa Indonesia yang baik dan benar, agar ketika Anda menjadi pemimpin, selain memiliki kapabilitas yang mumpuni dari segi kinerja, juga memiliki kemampuan komunikasi sesuai kaidah penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline