Bagian dari Suku Sunda yang mengasingkan diri, saat terjadinya peperangan antara pengikut Kerajaan Sunda Pajajaran dengan penyebar agama Islam. Mereka mengasingkan diri dan menjadi suku yang khas. Disebut Suku Baduy. Penganut aliran kepercayaan Sunda Wiwitan, yang merupakan sinkretisme antara Islam dan Hindu. Mereka terbagi menjadi dua kelompok. Baduy Luar dan Baduy Dalam. Mereka yang disebut Baduy Luar memiliki hubungan yang lebih terbuka dengan dunia luar. Sehingga mereka bisa berjualan dan memiliki hand phone. Bahkan secara otodidak akhirnya mereka bisa membaca, walaupun tidak bersekolah formal.
Komunikasi jual beli dengan masyarakat Baduy sudah bisa dilakukan dengan sarana media sosial. Bagi mereka yang punya jalur khusus dengan kaum Baduy Luar. Sedangkan Baduy Dalam masih mempertahankan tradisi lama secara konsisten, baik dalam berpakaian, maupun kehidupan sehari-hari.
Selain itu juga ada masyarakat Baduy yang keluar dari komunitas Baduy Dalam dan Baduy Luar. Mereka berintegrasi dengan masyarakat umum di Kabupaten Lebak. Komunitas tersebut menjadi ajang bagi pendakwah agama-agama formal Indonesia. Mereka diajak untuk masuk ke Islam, Kristen, Hindu, maupun lainnya. Sewaktu masih menjadi mahasiswa pada tahun 1990-an, penulis pernah mengikuti kegiatan "Amaliyah Dzulhijjah", berupa bakti sosial dan berkurban di pemukiman masyarakat Baduy yang sudah berintegrasi dengan masyarakat muslim sekitar di daerah Margaluyu. Dilaksanakan oleh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah IKIP Muhammadiyah Jakarta, bekerja sama dengan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Lebak.
Kemauan masyarakat Baduy agar komunitas mereka terjaga dari pengaruh internet, adalah sangat baik, menurut penulis yang berasal dari Suku Sunda. Sehingga keaslian budaya mereka tetap terjaga. Di wilayah Baduy Dalam dan Baduy Luar, jika tidak ada internet, maka suasana dan pengalaman kehidupan akan selalu alami. Para wisatawan yang datang, mau tidak mau akan terpaksa, menjalani dunia tanpa internet, tanpa media sosial. Fokus kepada apa yang riil dilakukan di daerah tersebut.
Walaupun tidak dipungkiri, dengan internet, kita, dan masyarakat Baduy juga, bisa mempelajari semua hal yang baik. Semisal dalam konservasi lingkungan. Kearifan lingkungan dari berbagai budaya bisa dipelajari via internet, yang mungkin lebih baik daripada yang dilakukan suku Baduy. Namun biarlah mereka maju dengan caranya sendiri. Kalaupun ada kemajuan bisa dilakukan dengan komunikasi Suku Baduy Dalam dengan komunitas pemerintah terkait dan masyarakat peduli Suku Baduy.
Eksploitasi adalah kata yang bisa menggambarkan tentang hasrat masyarakat modern untuk kaum minoritas. Biarlah Baduy berjalan apa adanya, jangan ada eksploitasi oleh manusia modern. terutama mereka yang tidak memahami suku baduy sebagai entitas yang perlu diselamatkan. Sebagian kita dari wisatawan, tidak menghargai mereka seperti itu. mendatangi mereka dan menganggap mereka sebagai objek tontonan, tanpa belajar menjadikannya sebuah tuntunan hidup. Saat ini budaya masyarakat luar Baduy sudah mulai masuk secara perlahan-lahan, sehingga budaya Baduy mulai luntur.
Budaya Baduy adalah kebanggan masyarakat Sunda. Masyarakat Suku Sunda memiliki budaya egaliter, sebelum munculnya pengaruh budaya Mataram Jawa. Jika mau melihat bagaimana masyarakat Sunda terdahulu berbicara, dengarkanlah percakapan Suku Baduy Luar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H