Lihat ke Halaman Asli

Giwangkara7

Perjalanan menuju keabadian

Lanzhou Pluit Aquarium

Diperbarui: 2 Januari 2023   10:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penampakan depan (dok. pribadi) 

Membawa keluarga keluar dari rutinitas adalah sarana untuk penyembuhan dari kebosanan di rumah (healing). Pembebasan dari rutinitas yang begitu saja. Tanggal 1 Januari dimulai dengan kunjungan ke Lanzhou Ramen Noodle dan Jakarta Aquarium. 

Bermula dari ajakan si sulung yang merasa jenuh tidak ada aktifitas luar. Maka kami putuskan untuk keluar mencari hiburan. Memakai jasa angkutan daring, memesan perjalanan ke Pluit. Suasana pagi cukup lenggang. 

Kami tidak merayakan pergantian tahun baru dengan bakar jagung atau lainnya. Seperti biasa tidur malam, walaupun terdistorsi oleh suara kembang api pas jam 12 malam. Si bungsu yang aktif ingin main di luar, saat jam 12 malam sudah terlelap. 

Lanzhou Ramen Noodle atau lanzhou lamian terletak di daerah Pluit, 37,6 KM dari rumah. Sebuah kawasan yang memiliki banyak rumah makan dari berbagai belahan nusantara, bahkan luar negeri. Daerah tersebut tidak terlalu bersih untuk ukuran yang pernah tinggal di Jakarta Timur. Sebuah kawasan khas utara Jakarta.

Kunjungan ke Restoran China Muslim di Jakarta yang menawarkan makanan khas Suku Hui, Suku dengan mayoritas muslim di Tiongkok, merasakan nostalgia. Selera tahun 2011-2014 ketika keluarga masih berempat, anak terakhir belum lahir.  

Merasakan lagi sate dibubuhi rempah. Mie daging sapi kuah merah, hong shou niu rou mian, dan jiaozi atau pangsit, serta minum teh khas Tiongkok yang disajikan pada teko dan lima gelas kecil. Si kecil yang tidak pernah mengalami Wuhan, dapat makan dengan lahap. 

Demikian pula anak sulung dan si tengah, memori tentang makanan tersebut masuk kembali pada lidah mereka. Saat itu mereka masih satu tahun dan lima tahun ketika mengikuti ayahnya studi lanjut di Central China Normal University, sebuah perguruan tinggi di provinsi Hubei.

Rasanya otentik (dok. pribadi)

dumpling/jiaozi/pangsit dua porsi bisa disajikan kering atau basah (makanan musim dingin lebih seru saat di asrama). Dok. pribadi


Restoran ini memiliki tipikal tempat yang mirip dengan Restoran Suku Hui di Wuhan.  Ada menu dengan dilengkapi gambar makan di dinding, bangku kayu, serta pemilik atau lambat yang berwajah agak bulat dengan rambut yang agak jarang jarang. 

Kami makan siang sekaligus makan pagi (brunch) sampai waktu sholat dzuhur. musholla tersedia di lantai 3. Di lantai dua tersedia ruang untuk makan juga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline