Lihat ke Halaman Asli

Giwangkara7

Perjalanan menuju keabadian

Kunjungan ke Lahore di ujung 2022

Diperbarui: 24 Desember 2022   09:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto bersama setelah acara hari ke 1

Perjalanan ke Lahore, Pakistan, berjalan begitu saja. Sesuatu yang berjalan sangat cepat. Hustle. Kisah bermula dari koordinasi dengan staf di sebuah perguruan tinggi negeri di pulau Jawa bagian tengah. Melalui temannya teman saya. Memberitahukan bahwa ada utusan dari sebuah kampus swasta di Lahore yang akan berkunjung ke Indonesia. Singkat kata utusan itu datang, seorang Profesor, dan Wakil Rektor untuk urusan Internasional. Selama di Jakarta, beliau melakukan kegiatan Visiting Professor di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka dan melaksanakan penandatanganan Nota Kesepahaman dengan enam perguruan tinggi di bawah naungan Muhammadiyah yaitu Universitas Muhammadiyah Metro, Universitas Muhammadiyah Sukabumi, Uhamka, Universitas Muhammadiyah Surabaya, Universitas Muhammadiyah Pontianak, dan Universitas Muhammadiyah Makassar. Beliau juga mengadakan beberapa pertemuan dengan perguruan tinggi lainnya di luar koordinasi saya. Berita kunjungan ada di tautan BERIKUT.

Ingatan Pakistan membawa ke catatan perjalanan Agustinus Wibowo, "Selimut Debu". sebuah catatan perjalanan berbalut novel yang sangat bagus, menggambarkan negara-negara "Stan" serta beberapa negara lainnya yang berbatasan. Setelah membaca Selimut Debu, saya-pun melahap buku selanjutnya yaitu Garis Batas. Namun karena kunjungan resmi dan semuanya sudah difasililtasi, kami tidak bisa menyelami lebih jauh kehidupan Pakistan seperti yang dialami oleh Agustinus Wibowo. Dengan membaca buku tersebut, maka saya bisa menerima dengan pikiran terbuka dengan kepakistanan. Semisal saat di bandara Allama Iqbal, ada beberapa sapaan dalam bahasa Indonesia/Malaysia, serta menerima karangan bunga yang segar di dinginnya malam. Membuat penat perjalanan tergantikan oleh semringah rombongan.

Beberapa bulan kemudian, November 2022. Profesor ini mengundang kami untuk datang ke Pakistan, dalam acara koordinasi kerja sama. Setelah berkoordinasi dengan pimpinan, kemudian disiapkan beberapa persyaratan antara lain Visa. Untuk berkunjung ke Pakistan, diperlukan aplikasi visa. Aplikasi bisa dilaksanakan secara daring melalui tautan yang tersedia. Di tautan tersebut mengisi beberapa data yang diperlukan, kemudian visa elektronik bisa diunduh di laman tersebut, jika sudah berhasil diterima permohonan visanya. Terima kasih kepada Kedutaan Pakistan di Jakarta yang membantu dengan sangat baik, sehingga visa dapat keluar dengan waktu yang tidak terlalu lama.

Perjalanan menggunakan maskapai Malindo Air, dengan rute Jakarta - Kuala Lumpur, lalu Kuala Lumpur - Lahore. Tiba di Lahore malam hari, suasana sudah gelap. Kami dijamu makan malam. Profesor Gilani juga memperkenalkan tim penjemputnya di Restoran tersebut. Restoran yang sangat berkelas yaitu Freddy's Café Lahore. Setelah late dinner itu, lalu kami beristirahat di Pearl Inter Continental Hotel, sebuah hotel bintang lima. Keramahtamahan dari tuan rumah membuat kami merasa sangat terhormat dan juga malu hati. Kalau mereka datang ke Indonesia, kami harus menjamu mereka dengan setara atau lebih baik!

Pagi harinya kami berombongan, dua belas orang dari Indonesia, berangkat menuju kampus untuk pelaksanaan acara. Acara berjalan lancar. Setelah seharian beracara di kampus, lalu kami dijamu makan malam di Poet Boutique Restourant. di Minar-e Pakistan. Setelah ini kami semua menyadari bahwa kehidupan malam di Lahore ini sangat dinamis, jam 10 malam suasana pusat perbelanjaan dan restoran masih sangat ramai. Late dinner adalah kebiasaan disini. Bahkan dalam perbincangan dengan tuan rumah disini, kami mengetahui bahwa banyak orang yang lebih nyaman beraktifitas pada sore dan malam hari, karena berbagai faktor antara lain cuaca dan kebiasaan di sini.

Acara Forum Rektor antara Pakistan, Malaysia dan Indonesia memberikan peluang bagi universitas dari Indonesia dan Malaysia untuk menawarkan bentuk kerja sama dengan University of Lahore. Setelah itu, ada juga pertemuan-pertemuan dengan fakultas/college yang memiliki kemiripan jurusan. Sehingga dijajaki beberapa kemungkinan kegiatan kerja sama antara para pihak. Pakistan memiliki sistem pendidikan yang berkiblat dengan Barat, terutama Inggris. Sehingga dalam diskusi terdapat beberapa perbedaan visi. Namun kami sepakat bahwa kerja sama dapat diterapkan pada beberapa hal yang lebih spesifik, yang mempersamakan kebutuhan para pihak dalam internasionalisasi. Pakistan memakai Bahasa Inggris bagi kegiatan akademik formalnya, sehingga dalam hal ini menjadi pilihan untuk internasionalisasi dengan biaya yang lebih murah.

Selain itu, makanan di Pakistan juga tidak terlalu menjadi kendala. Masyarakat Indonesia sudah mengenal kari, kebab, dan makanan Timur Tengah lainnya yang tidak begitu jauh beda dengan di Pakistan. Halal. Porsi makanan yang disajikan kepada kami sangat berlebihan. Ini mungkin cara penghargaan terhadap tamu yang istimewa. Sehingga kami merasa sangat kenyang saat penjamuan.

Pada hari kedua, kami melaksanakan acara pertemuan per perguruan tinggi dengan fakultas yang memiliki jurusan yang relevan. Setelah itu bertemu dengan Chairman BoG (Ketua Yayasan) dan Rektor, serta Direktur Kemahasiswaan. Kami juga melaksanakan kunjungan kampus, terutama ke rumah sakit universitas. Perguruan tinggi ini memiliki lima rumah sakit sebagai tempat praktik mahasiswa kedokterannya. Tidak seperti di Indonesia, di Pakistan mahasiswa kedokteran sudah mulai melaksanakan praktik sejak tahun pertama perkuliahannya. Setelah itu, acara diakhiri dengan Makan Malam yang sebelumnya diawali dengan pentas seni mahasiswa internasional. Perguruan tinggi ini memiliki hubungan baik dengan Uganda, dengan ditunjuknya ketua yayasan sebagai Utusan Luar Biasa Uganda untuk Pakistan. Hal ini tidak berlebihan karena yayasan ini telah merintis sekolah kedokteran di Uganda Equator University of Science and Technology.

Hari ketiga, kami tamu asing dari Indonesia dan Malaysia diajak untuk mengunjungi Musium Lahore, Lahore Fort & Badashi Mosque, serta Liberty Market dan Package Mall. Karena waktu kunjungan yang cukup panjang di Lahore Fort dan Masjid Badashi, kunjungan ke Liberty Market ditiadakan. Kami membeli oleh-oleh di Package Mall saja, dan di bandara. Malam hari kami menuju Jakarta, dan pagi harinya kami sudah sampai di Jakarta, meninggalkan sebuah negara yang meninggalkan kesan mendalam. Sesama negara mayoritas muslim. Dengan kelebihan dan kekurangannya, negara ini memiliki potensi untuk kerja sama dengan Indonesia.

Dari kunjungan budaya, bisa melihat Presiden Indonesia dalam pandangan seniman Pakistan. Serta memahami bahwa Kandahar itu nama lainnya adalah Gandhara. Musium itu juga menyimpan beberapa peninggalan budaya Sikh, Hindu, Budha, serta peninggalan pra sejarah lainnya. 

Foto Presiden Indonesia di Musium Lahore

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline