Pendidikan merupakan salah satu bagian terbesar dari aktifitas organisasi Muhammadiyah. Aspek yang disebut Amal Usaha Muhammadiyah. Amal usaha bisa di bidang pendidikan, kesehatan, ZIS, dan sebagainya.
Amal Usaha merupakan batu pijakan dalam berorganisasi. Menjadi nafas keberorganisasian Muhammadiyah. Seiring perkembangan waktu, dibutuhkan pengelolaan yang profesional untuk memperoleh mutu lembaga amal usaha terbaik.
Di Indonesia ada beberapa bentuk penyelenggaraan pendidikan selain pemerintah, oleh Yayasan keluarga, organisasi, atau kedinasan. Muhammadiyah dikelola secara organisasi, semua sekolah dimiliki oleh Persyarikatan Muhammadiyah. Maka tidak ada kuasa individu atas organisasi, namun kadang ada juga yang menitipkan keluarganya. Ada yang sesuai profesional dan kadang diluar alur profesi. Untuk itu alur profesionalisme organisasi perlu diperkuat agar tujuan tercapai.
Tidak ada obat untuk semua penyakit, dan tidak ada rumus yang sama untuk memajukan sekolah Muhammadiyah. Tetapi secara umum bisa dikaji secara ilmiah, hal-hal apa saja yang menjadi faktor penting kemajuan sekolah. Kepemimpinan, kualitas kepribadian guru, sumber daya organisasi yang adaptif terhadap pencapaian tujuan sekolah, nilai-nilai sekolah yang implementatif/budaya sekolah, sarana dan prasarana, adalah beberapa faktor yang muncul sebagai penentu, menurut para pakar.
Prof. Haedar Nashir pernah menuturkan, untuk ber Muhammadiyah yang baik, seorang kader harus "selesai" dengan dirinya sendiri. Karena jika masih belum, akan ada banyak hambatan untuk membawa organisasi menjadi lebih baik.
Para pemimpin pendidikan di Muhammadiyah menyadari, bahwa pendidikan dikelola di Muhammadiyah bukan lembaga bisnis murni, dan bukan lembaga nonton profit murni. Tidak seperti di Australia atau India, yang mengelola perguruan tinggi dibawah sebuah "enterprise".
Investasi pada sosok guru atau dosen adalah keniscayaan. Karena pendidikan adalah investasi jangka panjang. Tidak bisa didapatkan hasil yang "cepat saji". Guru/Dosen profesional yang bekerja sepenuh hati, serta memiliki etos kerja profesional yang terus belajar. Seperti pernah penulis baca di sebuah buku, Finlandia membentuk guru sejak dari Sekolah Keguruan. Selain gaji yang besar dan fasilitas yang bagus, mereka yang ingin masuk menjadi mahasiswa calon guru, harus lulus wawancara/tes psikologi. Jika mereka tidak memiliki kepribadian yang tepat, maka sudah dieliminasi dari awal. Meskipun dia cerdas ataupun jenius.
Sekolah Muhammadiyah dipimpin oleh Kepala Sekolah, yang secara organisasi diangkat oleh Surat Keputusan pimpinan Muhammadiyah tingkat lokal. Disini muncul masalah, jika ada faktor non profesional terlibat. Oleh karena itu, penting dimiliki kesamaan visi dan misi sekolah dan pimpinan Muhammadiyah tingkat lokal, agar tercapai tujuan utama Sekolah Muhammadiyah.
Saat ini sekolah Muhammadiyah memiliki keberagaman lokasi dan target pasar. Perlu penanganan profesional untuk dapat melayani beragam wali siswa-siswi. Ada yang targetnya kelas atas, kelas menengah, dan rakyat jelata. Semuanya adalah kadang dakwah Muhammadiyah. Bahkan di perguruan tinggi milik Muhammadiyah, sudah biasa menerima mahasiswa dari umat beragama selain Islam.
Kompetisi di persekolahan swasta di Indonesia cukup ketat, oleh karena itu sekolah Muhammadiyah perlu berbenah dan secara bersama-sama dengan para pemangku kepentingan tingkat lokal, memikirkan cara terbaik untuk mendidik siswa di lingkungan masing-masing. Kolaborasi dan sinergitas perlu dilakukan sebagai titik pijak kemajuan sekolah. Semoga...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H