Lihat ke Halaman Asli

Giwangkara7

Perjalanan menuju keabadian

Musikalisasi Puisi

Diperbarui: 27 November 2021   15:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketika penyair merasakan bahwa puisi-puisinya akan bermakna ketika dinyatakan dalam bentuk lagu.

Sapardi Djoko Damono telah menjadi abadi dengan musikalisasi puisi oleh Ari dan Reda. Almarhum tetap dikenang dengan baik oleh pecinta musik dan pecinta sastra. Ari Malibu - pun sudah berpulang, tetapi warisannya tetap terjaga di sanubari penggemarnya. Meskipun banyak pula yang membuat versi cover nya. 

Kalau jaman dahulu ada Bimbo dan Taufik Ismail. Generasi sekarang mengenal Ari Reda dan Pak Sapardi. 

Cak Nun adalah genre tertentu yang juga pada jamannya berkesenian secara konsisten dan berdakwah orasi secara bersamaan. 

Alternatif hiburan reflektif tentang memaknai hidup. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana... Saat aku sudah tiada... Kabut yang likat... Mendengung dengung ditelinga tak tergantikan.

Mungkin ada pula penyanyi generasi sekarang yang melagukan syair, atau tradisi daerah, tapi saat ini yang paling membekas di hati adalah Ari Reda.

Teringat pada seorang guru sastra yang mengajarkan kehidupan kepada siswa sekolah asrama di "Dead Poet Society". Guru inspiratif yang harus menerima nasib terhempas dari kunjungan pendidikan yang sistemnya masih. konservatif.  

Sastra adalah jalan berkesenian manusia modern. Dengan bantuan musik, ia memperoleh penggemar baru yang lebih luas. Interpretasi seniman musik yang pas dengan idealisme penulis syair, membuat kekuatan baru berkesenian. Di Islam ada kelompok sufi tertentu yang memang mengambil jalan musik sebagai sarana dakwahnya. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline