Lihat ke Halaman Asli

Giwangkara7

Perjalanan menuju keabadian

Puasa yang Baik

Diperbarui: 7 Mei 2019   16:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Puasa yang baik itu ...

Kalau pulang ke kampung, setiap jelang sholat Iedul Fitri, pengurus masjid selalu mengulang nasihat yang sama. Tentang berbagai tingkatan puasa. Puasa orang awam, puasa khusus, dan puasa khususil khusus. Mungkin nasihat yang terlambat, karena masa berpuasanya sudah usai. Mungkin pula tidak mengapa, agar jamaah menyadari bagaimana mereka berpuasa selama ini. Bagi mereka yang berlatar pendidikan rendah, berpuasa di kota saat bekerja, kerja kuli yang membutuhkan tenaga fisik, memerlukan perjuangan yang sangat besar. Pekerja bangunan, penggali saluran kabel dan sejenisnya di pinggiran jalan raya, pengemudi ojek online, kernet, pedagang kaki lima di stopan lampu merah, tenaga keamanan (satpam) proyek, dan lainnya. Sambil menunduk menyadari dan berniat baik, semoga bisa mengganti puasa Ramadan yang ditinggalkan, dan sedikit mengeluh, bagaimana anak istri memerlukan bau baru dan uang lebih untuk merayaka Hari Lebaran ini.

Sebelum puasa, muncul tips dan trik untuk menjalankan ibadah puasa dari para pakar kesehatan, ustadz, ustadzah, produk makanan/minuman/obat-obatan, bahkan dari penjual obat pencuci rambut. Seakan-akan berpuasa itu adalah sesuatu yang mewah dan mudah. Jalani dan rayakan dengan suka cita. Prosesi puasa menjadi suatu perubahan pola makan yang dirayakan dengan hura-hura, seperti dianjurkan oleh beberapa acara televisi swasta di Indonesia. Nasehat agama, hanya tempelan dalam acara berbalut promosi produk-produk sponsor yang agresif.

Lantas, bagaimana puasa yang baik bagi kita? Tentu berbeda-beda tergantung dengan profesinya. Umumnya ada libur awal puasa. Ini saatnya untuk bersama-sama mendidik anggota keluarga tentang berpuasa dan menjalani Ramadan. Sholat berjamaah, bersama-sama ke masjid/mushola, dan atau sholat bersama di rumah sekeluarga. Di tengah-tengah kembali beraktifitas di tempat kerja dengan jam kerja yang sudah didiskon. Lalu diakhir ada "liburan besar". Libur Iedul Fitri bagi bangsa Indonesia, yang merupakan kesempatan untuk mudik, pulang kampung ke kampung halaman. Puasa yang baik adalah meningkatkan kualitas ibadah, IBADAH dalam huruf kapital, yaitu segala tindak tanduk kita yang mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wataala. Penambahan porsi ibadah dengan memperbanyak baca Qur'an, i'tikaf, dzikir, infak, sedekah, tafakkur isi Al Qur'an, tadarrus ilmu-ilmu agama, mendekati orang-orang sholeh, dan cara-cara lainnya. Allah akan dekat, jika kita mendekati-Nya. Perhatikan lagu legendaris Bimbo. Disinilah para perantau berkumpul. Menyegarkan kembali memori kota besar, dengan bau kampung halaman yang tidak ada duanya, tak tergantikan. Berbagai memori dibangkitkan dengan menyerbu makanan-makanan khas. Petai, jengkol, kue-kue, dan objek wisata kampung habis diserbu. Demikian pula ziarah ke kuburan tentu masih menjadi destinasi utama. Apalagi bagi mereka yang keluarga intinya sudah tiada. Berkumpul hanya pada generasi kedua dan ketiga dan seterusnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline