Lihat ke Halaman Asli

Giwangkara7

Perjalanan menuju keabadian

Puisiku Mencari Jalur

Diperbarui: 19 November 2018   09:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisiku menyeruap mencari jalan
menerobos ruang otak dan nalar, miskin emosi

Ini jaman sudah mengeras dan membelah orang-orang berdasarkan pilihan politiknya, aku atau dia.

Kini orang biasa boleh pragmatis dan tak peduli elit ...


pilihan senator bisa dari partai berbeda-beda asalkan orangnya dikenali baik

bolehlah ...

Ukhuwah atau persaudaraan haruslah  
tapi menyebut lawan politik dengan laqob binatang dan jadi kebiasaan, gak pantas dilakukan oleh pemuka umat atau yang mengatas namakan, atau yang mengaku-ngaku, atau oleh oknum, atau oleh yang jualan (isu) agama dengan (syahwat) kekuasaan yang absurd.

Keteladanan semakin sulit dicari, karena lisan idola sudah terikat posisi.

Netralitas sudah lama disembunyikan dari wacana kaum terdidik dan terpelajar.

Anak muda menabuh genderang politik yang absurd, tanpa preserve... nonsense

Perlu ada keseimbangan, kesetimbangan, yang dibawa ke ranah publik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline