Lihat ke Halaman Asli

Giwangkara7

Perjalanan menuju keabadian

Marah kepada Kadal

Diperbarui: 28 Maret 2018   18:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Kadal gak punya dosa khusus, kok harus dimarahi?

Ya karena aku merasa "dikadalin". 

Maksudnya apa? Bahwa ternyata dalam kehidupan ini, gak peduli gelar mentereng, tetapi tetap menindas bagi yang dibawahnya. Gak peduli jabatan dan kunjungan ke tanah suci, semuanya bisa terjadi. Seperti membalikkan pandangan kaum bumi datar... upps.

Konon, uang itu tidak mengenal saudara. Mungkin ada relevansinya juga di dunia kerja. 

Uang tidak mengenal atasan bawahan. Jika memang ada uangnya semua bisa di sikat.

Marah!

Boleh, dan harus!

Tapi jangan kepada kadal, karena kadal tak bersalah. Salahkanlah cicak, saudara jauh komodo yang datang ke dalam rumah kita dengan tanpa tedeng aling-aling. Dan juga karena kadal sudah susah dicari di metro Jakarta ini.

Marahlah dengan cara orang yang beradab. Buktikan dengan perbuatan bahwa ke depan semuanya bisa dilaksanakan dengan berkeadilan dan transparansi. No tipu-tipu lagi. 

Kalau semua potensi dikumpulkan dalam satu wadah, maka akan terjadi cakar-cakaran. Homo homini lupus. Maka kreatiflah, dan bernafaslah lebih panjang, serta panjangkan usaha-usaha dirimu. Perbanyak kerja persedikit tidur, siang mencari dunia, malam mendekati ilahi. Ingat-ingat Gusti Allah ora Sare...

Bolehlah menengok "Freedom Writers" the movie. Bahwa menulis bisa membebaskan. buatlah diary dan merdeka!!!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline