Lihat ke Halaman Asli

Giwangkara7

Perjalanan menuju keabadian

Inspirasi Kewirausahaan Sosial di Anak SMP

Diperbarui: 12 Mei 2016   17:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ini kisah nyata yang tergali dari pelajaran kuliah. Sebagai lembaga penghasil calon guru, maka mahasiswa-mahasiswa yang saya ajar, didorong untuk mengenal sekolah. Pengenalan sekolah tidak melulu saat mau praktik mengajar. Mereka harus sering-sering menengok sekolah, kelas, dan kehidupan persekolahan di lingkungan terdekat. Begitulah kira-kira yang saya dorong bagi mereka. 

Salahsatu kisah yang tidak sengaja adalah jiwa kewirausahaan sosial mereka. Disaat mahasiswa-mahasiswa belajar wirausaha untuk keuntungan sendiri-sendiri (murni orientasi bisnis), dua anak SMP ini menggugah kesadaran saya tentang jiwa kebaikan murni khas anak-anak. Jiwa itu muncul karena buah dari didikan keluarga mereka, didukung oleh guru IPS yang bersahabat dan mendukung 100% kreatifitas mereka. Dari situ, dukungan kepemimpinan kepala sekolah dan guru-guru lainnya juga memberi semangat yang tinggi bagi mereka.  Kisahnya di Jakarta Timur, di suatu wilayah yang tidak terlalu elit dan tidak pula terlalu kumuh. Siswa SMP negeri itu berjualan, kemudian hasil keuntungannya digunakan untuk membeli makanan (nasi bungkus) dan diberikan kepada mereka yang membutuhkan, yang mereka temui saat dalam perjalanan pulang dari sekolah.

Kaum miskin kota ada diantara kita, memang beberapa diantaranya berpura-pura. Tetapi yang benar-benar dhuafa juga banyak. Mereka butuh bantuan dari sesama manusia, Kita terlalu rakus, tamak (greedy) untuk mencari kekayaan diri. 

Saya salut pada pola asuh orangtua mereka, yang membantu berbuat kewirausahaan sosial, dan saya juga angkat topi kepada guru IPS di SMPN itu, yang bisa menyelami gejolak jiwa ala anak SMP. Menurut sumber mahasiswa, Bu guru itu pernah memberi waktu kepada seorang anak untuk menyanyi, sementara yang lainnya belajar. Seorang anak tiba-tiba datang dan berkata " bu guru bu guru, bolehkah saya nyanyi?" demikian kisah mahasiswa itu meniru pertanyaan sang murid. "Boleh!" kata bu Guru itu. Dan anak itupun tanpa malu-malu lalu bernyanyi, sementara teman yang lain sedang sibuk dengan kegiatan akademik lainnya. 

Mereka membuat makanan sendiri, mengolah kue-kue tertentu, atau juga menerima titipan jualan sesuatu dari teman-temannya. Dijual di lingkungan sekolah, dari kelas ke kelas. Mereka memiliki mental pejuang yang baik, tidak malu-malu untuk berbuat baik untuk lingkungan, Disaat kita sibuk mencari kesenangan diri sendiri, mereka sudah berbuat. Kapan kita berbuat? 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline