Lihat ke Halaman Asli

Giwangkara7

Perjalanan menuju keabadian

Cililin kota pelajar di Bandung Barat

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mengenang Cililin adalah mengenang satu sisi pengalaman masa kecil, karena di daerah ini menginjak bangku sekolah menengah pertama untuk pertama kalinya. Pengalaman dengan satu kehidupan kota kecil dengan alun – alun, masjid agung, kantor pemerintahan, kampung Kaum, persis seperti miniatur dari sebuah kabupaten di pulau Jawa yang terpengaruh feodalisme dan birokratisme. Pengalaman itu terjadi di kurun 1986 – 1989, ketika kota kecil dibawah bukit itu masih asri, tenang dan bersahaja. Sampai sekarang saya masih merasa suasana yang sama di Cililin, kota kecil dengan satu garis jalan sempit dari Kantor Pos sampai ke SMA Negeri Cililin. Setelah itu ada jalan lurus memotong jalan itu, membentuk garis huruf T tanpa akhir, yaitu jalan ke kecamatan lainnya dari arah alun – alun. Menuju Gununghalu, Sindangkerta, Cipongkor sampai ke Cianjur Selatan. Kota kecil dengan jalan kecil, dan toko – toko kecil ….. mudah – mudahan orang – orangnya tidak berkecil hati :). Konon katanya dari daerah Cililin dan pelosok – pelosoknya telah muncul sumber daya manusia yang berhasil di bidangnya masing – masing. Namun mereka sukses di daerah lain, Jakarta, kota Bandung, maupun daerah lainnya. Mudah – mudahan daerah ini bisa menemukan jatidirinya sebagai geliat ekonomi baru di jaman serba berubah ini.

Namun sampai sekarang kota kecil itu tetaplah menjadi kota kecil dengan alun – alun yang terasa semakin sempit dengan munculnya kios – kios di sekitarnya. Yang terbaru mungkin adalah waralaba pengecer alfamart dan kawan – kawannya, yang mengancam keberadaan toko – toko milik pribumi yang sudah eksis puluhan tahun. Penetrasi waralaba pengecer tersebut bertambah kuat dengan masuk ke Rancapanggung dan Warung Awi, daerah yang lebih jauh dari kota kecamatan Cililin. Sebagai pintu masuk ke pelosok – pelosok Bandung Barat, Cililin kota kecil yang belum memiliki sejenis penginapan umum. Objek wisata yang terdekat dengan kota kecil ini adalah Curug Sawer. Untuk mencapai kota kecil ini, bisa melalui Cimahi, Padalarang, Batujajar langsung ke Cililin. Bisa pula ditempuh dari arah Cianjur ke arah PLTA Saguling, melalui waduk PLTA Saguling. Bagi yang belum biasa, menuju kota kecil ini cukup mengocok perut, apalagi kalau ke daerah sesudahnya seperti Gununghalu dan Cipongkor.

Saat itu SMPN Cililin sudah terkenal karena kualitasnya. Di kecamatan saya, Cipongkor dan tetangganya, Sindangkerta sebenarnya sudah ada SMP Negeri baru. Namun mengikuti kakak – kakak yang ber es em pe disana, saya pun bersekolah disini. Jaraknya cukup jauh, harus menempuh perjalanan dengan angkutan umum. Setiap pagi harus bangun pagi, siapkan sarapan sendiri, berjalan kaki ke jalan raya dan mencegat angkutan umum. Disini ada SMP Negeri, Madrasah Tsanawiyah Negeri, Pesantren Pesantren Pembangunan Sumur Bandung (P3SB) berasrama, SMA Negeri, Madrasah Aliyah Negeri, SMA Swasta, serta beberapa pesantren kecil yang menampung siswa sekaligus santri untuk belajar di sini, kota pelajar kecil yang penuh cerita. P3SB merupakan pesantren yang memiliki jenjang pendidikan dari usia dini sampai jenjang SMA. Sudah terkenal memiliki santri/siswa serta alumni dari berbagai pelosok Jawa Barat bahkan dari luar Jawa Barat.

Cililin terkenal sebagai penghasil wajit, sejenis makanan yang terbuat dari nasi ketan, gula merah dan bahan – bahan lainnya. Sehingga terkenal istilah ‘wajit cililin’. Namun nasib industri rumah tangga ‘wajit cililin’ ini tidak begitu moncer. Banyak pembuat wajit yang mengklaim merk ‘wajit cililin’ dan menjualnya sampai ke Purwakarta, Jakarta, kota Bandung, maupun daerah lainnya.

Cililin tetaplah Cililin, kota kecamatan kecil yang tidak banyak berubah sejak saya bersekolah SMP di sana. MTs di dekat alun – alun. Toko – toko kecil, kantor pos, SMA Negeri, Madrasah Aliyah Negeri, Kantor Pos, dan rumah – rumah pinggir jalan yang tetap tak berubah sepanjang jalan dari alun – alun ke Pasar Cililin. Rumah Sakit kecil disini, sekarang sudah naik pangkat menjadi lebih baik.

Ekonomi sepertinya berjalan lambat disini, di kota kecil ini belum ada ATM, hanya ada satu agen Koran Pikiran Rakyat. Para tukang ojek bergerombol menjajakan jasanya kepada para calon penumpang dari pelosok yang kesorean dan kehabisan angkutan umum.

Sementara syahwat politik para elit telah mengangkat derajat Cililin dan beberapa kecamatan lainnya menjadi sebuah kabupaten baru, namanya Kabupaten Bandung Barat. Usai sudah periode pertama bupati baru kabupaten baru, namun tidak banyak perubahan di Cililin, kota kecil di bawah bukit. Sebentar lagi akan ada Pemilukada kedua di kabupaten baru tanpa prestasi berarti yang ditukangi mantan birokrat di kabupaten Bandung ini, mungkinkah sejenis Jokowi bisa muncul dari sini?: )

Salam Cintadamai !

Wuhan, 2012-10-15




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline