Lihat ke Halaman Asli

Giwangkara7

Perjalanan menuju keabadian

Anak dengan Multi Bahasa

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Masa kecil adalah masa pertumbuhan bagi berbagai potensi kecerdasan anak., antara lain berbahasa. Jika anak bule di Britania Raya sana, mereka cuma belajar satu bahasa saja. Itulah yang diajarkan oleh emak-nya secara konsisten sehingga menjadi bahasa ibu, dan menjadi dasar bagi perkembangan pembelajarannya kelak.

Namun bagi anak di negara berkembang seperti Indonesia dan negara-negara lainnya, anak belajar berbagai bahasa sejak kecil. Begitu asumsi saya, apalagi di negara yang memiliki keragaman bahasa. Contohnya anak di Indonesia, di rumah ia akan belajar bahasa daerah yang menunjukkan asal usul etnisitas orangtuanya. Disekolah ia akan belajar bahasa Indonesia, juga di televisi, radio, atau internet. Di sekolah ia juga belajar bahasa Inggris, juga di televisi, radio, serta internet. Kalau dia muslim, maka anak juga sedikit demi sedikit belajar bahasa Arab ketika ia belajar mengaji Al Qur'an. Keluar dari sekolah dan rumah, anak akan menemukan teman atau tetangga yang menggunakan bahasa daerah yang berbeda-beda, maka semakin bertambahlah wawasan kebahasaan anak. Anak siapakah itu? Itulah kita, anak bangsa Indonesia yang plural, kaya akan keberagaman bahasa. Bahasa daerah juga diajarkan di sekolah tertentu.

Sekarang mungkin sudah mulai berubah. Bahasa Ibu bukan lagi bahasa daerah, tetapi bahasa  Indonesia, karena sang ibu atau bapak tidak bisa berbahasa daerah dengan lancar. Untuk dasar berbahasa lebih lanjut, saya pikir bahasa ibu perlu diperkuat untuk fundamental berbahasa lebih lanjut.

Apa pengaruhnya terhadap anak? Menurut penelitian di Kanada ternyata anak dengan multibahasa lebih jago dalam multi tasking, mengerjakan berbagai hal dalam satu waktu. Jaringan otak anak tumbuh berkembang lebih cepat pada masa itu. Kendalanya adalah beberapa orangtua memaksakan anak untuk belajar bahasa melalui kursus bahasa, sehingga menjadi beban bagi anak. Mengurangi waktu bermainnya. Anak menurut pepatah Cina adalah 'Kaisar Kecil'. Xiao Huangdi, tetapi mengapa ia dibebankan dengan pelajaran yang banyak pekerjaan rumahnya, kursus ini itu, belajar bahasa ini itu sehingga merenggut kebahagiaan masa kecilnya? BAhkan sebuah sekolah terpadu atau berlabel standar nasional atau internasional belum tentu 'memberikan' kebahagiaan bagi masa kecil buah hati kita. Sebuah catatan seorang orangtua!

Sumber rujukan:

http://article.wn.com/view/2012/04/04/Penelitian_Anak_Bilingual_Lebih_Jago_MultiTasking/

http://theurbanmama.com/ages/moms/129/mengajarkan-multibahasa-pada-anak.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline